Bunuh Diri Dosa Besar, Harus Dihindari dengan Memenuhi Kebutuhan Batin Melalui Memperbanyak Ibadah

Kiai H Abdul Halim Jasim, mengatakan bahwa setiap manusia tidak boleh berputus asa bahkan bunuh diri

Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/FATIMATUZ ZAHROH
KH Abdul Halim Jasim, Pondok Pesantren Rodhotun Nur Salim Kabupaten Pasuruan. 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Tindakan bunuh diri jelas dilarang oleh agama. Bahkan disebut sebagai dosa besar lantaran bentuk keputusasaan pada rahmat Sang Pencipta.

KH Abdul Halim Jasim, pengasuh Pondok Pesantren Rodhotun Nur Salim Kabupaten Pasuruan, mengatakan sebagaimana disebutkan adalah Alquran Surat Yusuf ayat 87 telah dikatakan oleh Allah bahwa setiap manusia tidak boleh berputus asa atas rahmat Allah.

"Wala tai asu mirraukhillah. Innahu la yai asu mirraukhillah illal qoumul kafiruuna yang artinya Dan jangan berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir," ucap Kiai Halim mengutip bacaan surat Yusuf ayat 87, saat diwawancarai TribunMadura.com terkait hukum bunuh diri menurut Islam, Senin (4/2/2019).

Usai Opname di Rumah Sakit, Vanessa Angel Akhirnya Dipindah ke Sel Tahanan

PMII Desak Bupati Situbondo Copot ASN yang Terlibat Korupsi DBHCT

Kiai Halim mengatakan atas sebab dan alasan apapun, bunuh diri atau mengakhiri hidup adalah bentuk dosa yang besar.

Bunuh diri adalah tindakan akibat tidak memiliki harapan lagi atas rahmat Allah dan tidak mensyukuri nikmat hidup yang diberikan.

"Sudah diberi kehidupan, kok malah memotong takdir Allah dengan bunuh diri. Tidak dibenarkan dalam Islam," kata Kiai Halim.

Ia menceritakan, kebanyakan manusia yang nekat bunuh diri dilatarbelakangi oleh alasan duniawi. Mulai masalah ekonomi, masalah asmara, atau tidak tahan dengan tekanan hidup yang dialami.

Menurut Kiai Halim jika ada masalah, yang harus dilakukan adalah ikhtiar mencari solusi dan berdoa pada Allah memohon petunjuk. Sebab setiap masalah yang diberikan tak ubahnya adalah cobaan yang diturunkan Allah pada umatnya.

"Jika manusia diuji dengan cobaan, maka harus banyak berdzikir pada Allah. Memohon petunjuk dan memohon agar diberikan jalan keluar," katanya.

Jika ada terbersit pikiran untuk bunuh diri, Kiai Halim menyarankan agar sesorang tersebut membalik pikirannya untuk bukan fokus pada kondisi yang ia alami. Melainkan memikirkan betapa besar nikmat yang Allah berikan pada seseorang tersebut.

Mulai nikmat kesehatan, nikmat kehidupan, nikmat diberi badan yang lengkap, ataupun nikmat karena diberikan keluarga yang selalu ada memberi dukungan.

"Dengan mengingat nikmat akan memperbanyak bersyukur dan ingat kebesaran Allah. Dan siapa yang banyak bersyukur kenikmatan akan ditambah," katanya.

Di sisi lain, Kiai Halim itu mengatakan jikalau ada sesorang yang ingin bunuh diri lantaran sakit depresi, maka ia lebih menyarankan agar seseorang tersebut segera berobat. Termasuk keluarga dan orang-orang di sekitarnya harusnya peka dan segera membawa orang depresi menemui psikiater.

"Ikhtiar, berusaha untuk sembuh, itu hukumnya wajib. Kesembuhan harus diikhtiarkan. Memang yang menyembuhkan adalah Allah, namun tugas manusia adalah berusaha yang terbaik dan tidak boleh putus asa," katanya.

Ia berharap ke depan di Surabaya dan Jawa Timur tidak ada lagi kasus bunuh diri. Menurutnya mengejar target dunia itu tidak dilarang, namun juga harus diimbangi dengan mengejar ketenangan batin yang salah satunya bisa dilakukan dengan memenuhi kebutuhan batin dengan ibadah dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

"Karena dekat dengan Tuhan itu juga kebutuhan. Kebutuhan batin. Orang yang jauh dari Tuhan kebutuhannya tidak terpenuhi sehingga ada kekalutan dalam dirinya," pungkas Kiai Halim. (Fatimatuz Zahroh)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved