Berita Pamekasan

Wayang Kulit Madura Berusia 300 Tahun Masih Tersimpan di Pamekasan, Ada yang Berlapis Emas Asli

Wayang kulit versi Madura merupakan aset budaya di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan.

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Kosala Mahinda memamerkan wayang kulit versi Madura yang berusia 300 tahun di Vihara Avalokitesvara Pamekasan, Selasa (5/2/2019). 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Wayang kulit versi Madura merupakan aset budaya di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan.

Wayang kulit tersebut masih tersimpan rapi dalam rak peti di Vihara Avalokitesvara Pamekasan.

Kini jumlah wayangnya tinggal 75 dari 100-an karakter.

Karena usia wayang sudah tua, ada karakter-karakter wayang yang sudah sedikit rusak dan sulit diperbaiki.

Di Imlek 2019 Jemaah Klenteng Hong San Koo Tee Berharap Pemilu Berjalan Baik Tanpa Pertikaian

Laga Piala Indonesia di Surabaya Digelar Tanpa Penonton, Djanur: Bonek Sudah Rindu Persebaya

Melihat itu, Ketua Vihara Avalokitesvara Pamekasan, Kosala Mahinda memberi perhatian khusus dan perawatan khusus untuk wayang kulit versi Madura tersebut.

Sebab usia wayang kulit yang ada sudah ratusan tahun.

Pantauan TribunMadura.com, wayang kulit versi Madura tersebut disimpan dalam peti tujuannya untuk terhindar dari rayap.

"Usia wayang kulit versi Madura ini sekitar 300 tahun. Itu dilihat dari kayu dan catnya. Wayang ini bahannya terbuat dari kulit kerbau dan catnya yang warna emas ini asli berlapis emas," jelas Kosala saat ditemui di Vihara Avalokitesvara Pamekasan, Selasa (5/2/2019).

Ditanya soal bahan kayu yang menjadi penyangga wayang, Kosala mengatakan, bahan kayu yang menjadi penyangga wayang kulit khas Madura terbuat dari kayu dadap.

Rencana Naturalisasi Pupus, Persebaya: Kita Datangkan Pemain Lokal Tapi Sudah Naturalisasi

Satu-satunya kayu dadap yang ada saat ini ada di punden Sentono di Desa Pandanrejo, Kecamatan Wagir.

Untuk melestarikan pagelaran wayang kulit versi Madura tersebut Kosala bersama grup pewayangannya mengadakan pentas setiap setahun sekali.

"Rutin tiap tahun usai Lebaran kami mengadakan pentas di aula gedung. Penontonnya adalah warga desa setempat. Ada gamelan dan sinden juga," jelas Kosala.

Untuk pentas wayangnya, lanjuy Kosala, ada panggung kecil dan juga ada dalangnya.

Menurut Kosala, semangat pihaknya merawat wayang kulit khas Madura tersebut adalah naluri melestarikan budaya.

"Wayang kulit versi Madura itu wayang sama dengan wayang ngamen. Mengangkat tema cerita-cerita kerajaan di Jawa Timur, seperti Kanjuruhan, Majapahit, Doho. Sehingga ada tokoh-tokoh seperti Minakjinggo, Rahwana dan semacamnya," terangnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved