Berita Sumenep
Garam Rakyat di Sumenep Kembali Menumpuk, Harga Langsung Terpuruk
Garam Rakyat di Kabupaten Sumenep dan Wilayah Kembali Menumpuk, Tapi Harga Langsung Terpuruk. Padahal Sekarang Musim Hujan.
Penulis: Mohammad Rifai | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Kendati memasuki musim hujan dan garam rakyat sudah tidak berproduksi, dan biasanya di musim ini harga garam rakyat melonjak tajam, justru tahun ini sebaliknya.
Harga garam rakyat justru terjun bebas, bahkan bisa dikatakan terpuruk. Karena harga garam rakyat hanya dibeli Rp 1.250 perkilogramnya.
Padahal tahun lalu saja pada awal-awal musim hujan harga garam rakyat bisa mencapai Rp 4.000 perkilogramnya.
“Dua tahun lalu, pada saat masyarakat mulai tidak memproduksi garam, harganya melambung tinggi. Namun lambat laun justru terus merosot dan ini sekarang yang terparah,” kata Muzammil, petani garam rakyat asal Karang Anyar, Kecamatan Kalianget Sumenep, kepada Tribunmadura.com, Senin (4/3/2019).
Dikatakan, tanda-tanda harga rakyat bakal anjlok diketahui sejak memasuki puncak panen garam pada awal November 2018 lalu. Harga garam justru terus menerus turun.
Mulai dari harga garam sebelumnya berada di kisaran Rp 2.500 perkilogram, lalu turun menjadi Rp 2.000 perkilogram, hingga akhir Oktober lalu harga garam rakyat hanya Rp 800 perkilogramnya.
“Di akhir musim ini yang biasanya harga garam pun merupakan yang terendah dari tahun lalu. Karena pada akhir musim panen tahun 2017 lalu, harga garam masih berada di posisi Rp 2.000 perkilogramnya. Lho kog Tahun 2018 harga turun tak terbendung,” jelasnya.
Muzammil mengaku, tahun ini harga garam memang turun secara bertahap, mulai dari Rp 2.500 kemudian.
Mulai ke level Rp 2.000 dan awal Januari harga menjadi dibawah Rp 1.500 per kilogram, hingga akhir Fabruari ini menjadi Rp dp 1.250 perkilogram, bahkan masih diperkirakan masih akan turun lagi, sebelum musim hujan tiba.
“Saya berkeyakinab, anjloknya harga garam saat ini disebabkan hasil panen di sejumlah daerah yang melimpah, Disamping itu juga pihak perusahaan pembeli garam rakyat mengalami stok melimpah dan bahkan sebagian stok perusahannya terpenuhi,” Jelasnya
Pihaknya telah menghimbau kepada masyarakat petani garam harus berani menyimpan garam hasil panennya di gudang, sambil menunggu harga garam kembali membaik, baru kita lepas.
“Karena kami dengar jika turunnya harga garam rakyat ini karena masuk impor garam ke sumenep,” tegasnya.
Haris (45), Pengamat Ekonomi Garam Rakyat asal Sumenep, mengatakan, persoalan baik turunnya harga garam rakyat tidak lepas dari karena Faktor Demand and Supply saja.
Karena harga garam mengalami pasang surut itu terjadi disaat panen. Untuk mengantisipasi terus berlanjutnya pasang surut harga garam, Haris menilai bahwa PT Garam Persero, sebagai BUMN harus diterjunkan langsung menjaga stabilitas harga garam.
Yakni dengan membuka peluang penyimpanan hasil garam rakyat pada saat musim hujan tiba. Stok garam di gudang PT Garam harus bisa dijaga betul untuk difungsikan sebagai gudang penyimpanan yang berpihak kepada rakyat.
“Jika komitemen pemerintah menjamin kesejahteraan rakyatnya, maka persoalan garam rakyat tidak terus-terusan terombang-ambing katak sekarang,” tegasnya.