Destinasi Wisata Arsitektur Favorit di Banyuwangi, dari Bandara hingga Bukit Teletubbies
Banyuwangi juga mewajibkan bangunan baru berskala besar untuk memasukkan unsur budaya lokal dalam arsitekturnya, seperti hotel hingga gedung kantor.
Penulis: Haorrahman Dwi Saputra | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM, BANYUWANGI - Konsep wisata arsitektur mulai berkembang di Kabupaten Banyuwangi.
Berbagai lembaga, peminat arsitektur, hingga kampus mendatangi kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu untuk melihat penerapan konsep arsitektur pada sejumlah bangunan dan lansekap.
”Ikhtiar kita bersama membangun Banyuwangi bersama arsitek ternyata membuahkan hasil di sisi lain," ujar Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Jumat (7/12/2018).
"Selain mengoptimalkan fungsi bangunan maupun lansekap untuk kepentingan pelayanan publik, ternyata juga mampu menarik minat orang untuk datang,” sambung dia.
• Satu Keluarga di Pacitan Tewas Tertimbun Longsor, Evakuasi Jenazah Sempat Terkendala
Para mahasiswa jurusan arsitektur datang ke Banyuwangi, antara lain Universitas Diponegoro Semarang, ITS, UI, hingga Universitas Atmajaya.
Rombongan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dari sejumlah provinsi pun telah mendatangi Banyuwangi.
Sejumlah pemerintah kabupaten/kota dari berbagai provinsi juga datang untuk studi penerapan pembangunan yang mengadopsi arsitektur khas lokal.
”Saya juga dapat info ada lembaga pegiat arsitektur di Jakarta yang membuka tur arsitektur awal 2019 di Banyuwangi. Mereka membawa para peminat arsitektur dari berbagai daerah,” ujar Abdullah Azwar Anas.
• Pelaksanaan Tes SKB CPNS Hari Pertama di Jember, Peserta Terbagi Jadi 3 Sesi
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah arsitek yang karyanya sudah lintas negara memang dilibatkan membangun Banyuwangi, mulai Andra Matin, Budi Pradono, Adi Purnomo, hingga Yori Antar.
Mereka mengembangkan ruang terbuka hijau, terminal bandara, fasilitas pendidikan, stadion, pasar tradisional, pendopo, hingga lansekap destinasi wisata.
”Kami berterima kasih kepada para arsitek, karena mereka punya dedikasi tulus mengembangkan daerah lewat arsitektur,” ujarnya.
Banyuwangi juga mewajibkan bangunan baru berskala besar untuk memasukkan unsur budaya lokal dalam arsitekturnya, seperti hotel hingga gedung perkantoran.
• Tips Memilih Durian yang Enak dan Manis, Gak Perlu Kesal Lagi Tertipu Penampilan Luar Buahnya
”Ini upaya menitipkan kebudayaan kami agar lestari. Maka di Banyuwangi kita bisa melihat hotel berbintang memasukkan batik bermotif Gajah Oling dalam arsitekturnya, dan sebagainya,” kata Abdullah Azwar Anas.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Mujiono menambahkan, berkat kolaborasi arsitek dan publik Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas baru saja meraih penghargaan tertinggi Ikatan Arsitek Indonesia.
Sejumlah bangunan yang kerap dikunjungi untuk wisata arsitektur antara lain Terminal Bandara Banyuwangi yang berkonsep hijau dan mengadopsi penutup kepala khas suku Osing (masyarakat asli Banyuwangi) yang digarap Andra Matin.
• Promo Akhir Tahun, Toko Ponsel di Sampang Beri Diskon Besar-besaran