Wawancara Eksklusif Pakde Karwo

Tak Ada Satupun Keputusan Politik Diambil Lewat Voting, Selalu Dengarkan Suara yang Tidak Terdengar

Selasa (12/2/2019) hari ini, jabatan Gubernur Jatim Soekarwo selama dua periode akan berakhir. Resep sukses saat memimpin Jatim dibeber Pakde Karwo.

Penulis: Mujib Anwar | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Gubernur Jatim Soekarwo (Pakde Karwo) saat berada di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, sehari menjelang purnatugas sebagai Gubernur Jatim dua periode (2009-2019), Senin (11/2/2019). 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA – Jabatan Gubernur Soekarwo dan Wakil Gubernur Saifullah Yusuf selama dua periode (2009-2019) memimpin dan memandu Provinsi Jatim, Selasa (12/2/2019) hari ini, resmi berakhir.

Setelah Pakde Karwo dan Gus Ipul purnatugas, tongkat estafet kepemimpinan Jatim akan beralih ke Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak.

Khofifah-Emil rencananya akan dilantik oleh Presiden Joko Widodo, sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024, Rabu (13/2/2019).

Selama 10 tahun memimpin Jatim, provinsi dengan penduduk 39 juta jiwa, perumusan kebijakan yang partisipatoris untuk percepatan pembangunan di berbagai bidang, telah dilakukan sesuai dengan program prioritas yang ditetapkan.

Dampaknya, masyarakat yang ada di 38 kabupaten/kota menjadi semakin sejahtera. Jumlah penduduk miskin turun, pendapatan per kapita masyarakat meningkat, pertumbuhan ekonomi selalu di atas rata-rata nasional

Banyak prestasi diraih Jatim dalam sepuluh tahun terakhir. Tercatat setidaknya lebih dari 100 penghargaan prestisius yang diraih, baik penghargaan beskala nasional maupun internasional.

Sehari menjelang purna tugas, Senin (11/2/2019) siang, Gubernur Jatim Soekarwo berkenan menerima Mujib Anwar, Wartawan Harian SURYA (Tribunmadura.com Network), untuk wawancara Eksklusif, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.

Berikut petikan wawancara lengkap dan eksklusif Harian SURYA (Tribunmadura.com Network) dengan Pakde Karwo:

Pakde Karwo dan Gus Ipul purna tugas dari jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim dua periode, Selasa (12/2/2019) besok. Apa yang sudah dilakukan selama 10 tahun untuk membangun Jatim lebih maju dan masyarakatnya semakin sejahtera?

Dua periode masa jabatan saya bersama Gus Ipul dimulai pada 12 Februari 2009. Kami merencanakan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan basis pelayanan publik, yaitu mempermudah masyarakat untuk menerima akses apapun.

Pertama, basis pembangunan bidang politik. Di bidang politik, kami belajar dengan kultur Jatim yang egalitarian, sangat terbuka. Maka kemudian dari kultur Jatim yang jadi miniatur Indonesia sebagai daerah yang punya banyak sekali kultur.

Ada kultur Mataraman, kultur Arek, dan kultur Madura. Tetapi ada satu hal yang sama, yaitu keterbukaan dibangun di dalam komunikasi.

Maka basis pembangunan politik kita adalah demokratis egalitarian, dan kemudian bagian di komunikasilah titik penting di dalam proses itu.

Kami melakukan komunikasi dengan DPRD, komunikasi dengan pimpinan parpol di kantor parpol masing-masing. Kami juga melakukan komunikasi dengan Forkopimda, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Kami mendengarkan suara yang tidak terdengar. Silent mayority. Yang harus didatangi dari desa ke desa bersama Bude Karwo.

Bersama istri, saya menampung, bagaimana sebetulnya yang dinginkan masyarakat di paling bawah. Adalah menyapa dan bertemu. Meet the people. Itu menjadi bagian kekuatan kita di dalam berdialog.

Hal ini penting, karena belum tentu aspirasi para elit cocok dengan aspirasi di bawah.

Maka kami menentukan titik awal pembangunan, yaitu Makmur Bersama Wong Cilik. Sebagai tageline, bahwa kami afirmatif terhadap kelompok yang besar, tapi suaranya tidak terdengar.

Nah, pembangunan politik yang berdasarkan egalitarian itu menjadi basis kita.

Kedua, hal yang mendasar adalah hubungan dengan DPRD dan dengan pimpinan partai.

Selama 10 tahun dengan Pak Wagub, tidak ada satupun keputusan diambil dengan voting, selalu musyawarah mufakat.

Saya kira ini satu working ideology tentang Pancasila. Bahwa, Pancasila di dalam kehidupan keseharian adalah musyawarah mufakat seperti itu.

Kemudian kami melakukan pembangunan dari basis politik yang sangat kondusif itu untuk melakukan pembangunan di bidang ekonomi.

Meletakkan dasar yang sangat mendasar, mewujudkan kesejahteraan sebagaimana janji saat kampanye

Dari situlah, kami menghitung bahwa Jatim adalah Provinsi Agro. Bukan itu saja, tapi kalau kita meletakkan provinsi di industri pengolahan bukan agro, apalagi bahan baku impor.

Maka kita akan dipermainkan di stabilitas keuangan, di rupiah, hard currency mata uang keras dolar dan sebagainya.

Maka dibuatlah tageline Jatim Provinsi Agro Industri dan Agro Bisnis terkemuka di Asia. Tageline ini sangat berat. Tapi itulah tantangan berat ke depan yang harus dilakukan.

Saat ini, Jatim 67 persen industri pengolahan dari agro. Saya kira, ini satu hal yang benar, karena telah berhasil diuji dengan fluktuasi dolar, dari nilai tukar 9.000 per dolar Amerika sampai 15.000 per dolar.

Hanya dengan industri, nilai tambah bisa dilakukan. Yang terakhir, kami membuat program hulu hilir di bidang agro maritim.

Tapi ini belum banyak dilakukan. Sehingga kita harapkan akan dilakukan Gubernur baru. Karena nilai tambahnya di petani.

Mengapa? Rata-rata kepemilikan tanah, 0,29 hektar. Jika tidak diproses industri primer dan sekunder, petani menjual gabah kering panen nilai tambahnya kecil. Tapi kalau menjual gabah menjadi beras premium nilai tambahnya bisa 53 persen.

Proses agro ini diikuti industri lain, yakni pertanian maritim dalam pengertian basis pengembangan indutsri.

Kami juga membangun hubungan dagang. Karena setelah produksi, tidak akan mungkin kalau hasilnya tidak akan dijual, maka pasarnya yang kemudian difasilitasi.

Ini kita lakukan dengan membangun 26 kantor perwakilan dagang (KPD) di 26 provinsi di Indonesia.

Meski pada awalnya keuntungan perdagangan antarprovinsi kecil dan di bawah Rp 1 miliar, tahun 2018 suprlus perdagangan antarpulau kita mencapai Rp 2,8 triliun.

Disinilah, ada uang masuk di kantong-kantong UMKM yang kemudian menjadi raksasa ekonomi di pedesaan.

Dampaknya, UMKM kita berkembang. Kalau agro menjadi basis, akan diikuti industri berat lainnya, dengan membangun smelter secara perlahan.

Tapi kekuatan yang luar biasa kemudian, adalah mendorong tumbuh dan berkembangnya UMKM di Jatim.

Ini penting, karena UMKM merupakan tulang punggung perekonomian. Dari 58 juta UMKM di Indonesia sekarang ini, menurut data statistik dan Bappenas, sebanyak 12,1 juta di Jatim. Ini perkembangan luar biasa.

Kami masuk tahun 2008, jumlah UMKM masih 4,2 juta. Tahun 2012 naik menjadi 6,8 juta. Bahkan tahun 2016, berdasar hasil Sensus Ekonomi yang dipublikasi tahun 2017, UMKM di Jatim ada 12,1 juta.

Dari jumlah itu, 7,5 juta agro dan 4,6 juta non agro. Jadi, sangat nampak bahwa ekonomi didukung agro

Di bidang sosial, pendidian dan kesehatan, juga jadi basis priotitas kami. Peningkatan kualitas tenaga kerja juga menjadi basis kami.

Pada 2008, tenaga kerja 68 persen lulus SD dan tidak lulus SD. Lalu 2014, 57 persen lulus SD, pada tahun 2018 turun 46 persen lulus SMP sederajat.

Ini perkembangan kita dan disinilah kekuatan kita meningkatkan kualitas SDM melalui vokasi.

Bidang kesehatan, kita bekerja keras memerangi gizi buruk dan stunting.

Hari ini, gizi buruk tinggal 0,8 persen. Satu perkembangan yang luar biasa. Angka kematian ibu melahirkan luar biasa, dari 100 ribu sekarang jumlah yang meninggal 96 dari yang tadinya 280. Jadi 8 orang per 100 ribu.

Sedang angka kematian bayi, dari 1000 tinggal 22. Turun dari sebelumnya 36 orang per 1000. Ini jauh lebih rendah dari nasional 38.

Ini perkembangan kesehatan, penelitin beberapa ahli, kalau kesehatan bagus dan pendidikan bagus maka akan menghasilan produktifitas di bidang tenaga kerja.

Untuk pengentasan kemiskinan juga turun. Jika tahun 2008 angka kemiskinan 18,61 persen, pada tahun 2018 turun menjadi 10,85 persen. Jadi turun 7 persen lebih.

Sementara pembangunan di bidang budaya, pada 2015 kita meletakkan pembangunan dengan basis kebudayaan. Agar landingnya terhadap masyarakat tidak menimbulkan konflik.

Ini yang dinamakan akulturasi budaya. Disinilah basis tentang pembangunan diletakkan. Karena hampir semua kabupaten mempunyai ciri-ciri kebudayaan tersendiri.

Budaya itu bisa membasuh tentang kekotoran-kekotoran dari ekses politik. Di kebudayaan, tidak ada friksi. Kalau ekses politik belahannya sangat dalam, maka kebudayaan akan menjadi air jernih untuk membasuh kekotoran ekses-ekses politik itu.

Kami juga meletakkan satu dasar penting yaitu keamanan dan kenyamanan di dalam pembangunan.

Semua statistik kita menceritakan bahwa curas, pelanggaran dan demonstrasi serta berbagai permasalahan trantib turun siginifikan.

Ini dimungkinkan, karena masyarakat punya kultur egalitarian terbuka, basisnya kebudayaan.

Membangun basis di bawah dengan pendekatan persauradaan dan kekerabatan. Ini pikiran sosioligis Habermas yang sangat pas di dalam kultur di Jatim. (Tribunmadura.com/Mujib Anwar)

Simak juga Video wawancara eksklusif Harian SURYA (Tribunmadura.com Network), dengan Pakde Karwo:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved