Berita Pendidikan
TERUNGKAP, Sebanyak 14 Ribu Anak Usia SMA di Jawa Timur Sampai Saat ini Ternyata Tak Sekolah
TERUNGKAP, Sebanyak 14 Ribu Anak Usia SMA di Jawa Timur Sampai Saat ini Ternyata Tak Sekolah
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Mujib Anwar
TERUNGKAP, Sebanyak 14 Ribu Anak Usia SMA di Jawa Timur Sampai Saat ini Ternyata Tak Sekolah
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Setelah menutup pendaftaran siswa baru tahun ajaran 2019/2020 untuk jenjang SMA/SMK, Pemprov Jatim masih melakukan penyisiran untuk anak di Jatim dengan usia sekolah jenjang SMA, namun belum mendapat kesempatan untuk bersekolah.
Dinas Pendidikan Jatim membentuk Relawan Pendidikan Gratis Berkualitas alias Relawan TisTas untuk menyisir anak-anak usia sekolah tersebut agar bisa masuk ke sekolah formal maupun non formal.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Hudiyono mengatakan, saat ini, sekiranya masih ada sebanyak 14.000 anak di Jawa Timur usia sekolah SMA yang tidak sekolah karena sejumlah alasan.
"Jadi kita ada data statistik, dari sekitar 800 ribu penduduk Jatim usia 16 sampai 18 tahun atau yang usia SMA, yang sudah masuk ke bangku sekolah ada 84,12 persen. Artinya masih ada sebanyak 14 ribu anak usia sekolah SMA yang belum masuk ke lembaga pendidikan sekolah baik SMA SMK negeri maupun swasta, maka ini kita akan sisir," tegas Hudiyono, Rabu (24/7/2019).
Untuk itu Relawan TisTas akan membuktikan data tersebut dengan menyisir dan mencari anak-anak usia sekolah SMA yang belum sekolah agar bisa dibantu masuk ke sekolah yang seharusnya.
Pemprov Jatim ingin mendapatkan data anak by name by address agar bisa segera melakukan interfensi melalui efektivitas Program TisTas.
Menurutnya faktor yang membuat anak-anak tidak sekolah ada beberapa hal. Pertama bisa jadi karena biaya, karena kultur, maupun karena keterbatasan akses.
"Maka tim ini akan menjangkau anak-anak tersebut. Relawan TisTas tugasnya ada dua. Pertama mendata anak-anak tak sekolah, dan memasukkannya ke sekolah," ucap Hudiyono.
Anak-anak hasil pendataan tersebut bakal dimasukkan ke sekolah swasta.
Jika memungkinkan akan dimasukkan di tahun ajaran 2019/2020. Namun jika tidak memungkinkan akan dimasukkan ke tahun ajaran 2020/2021 mendatang.
Relawan TisTas ini, dikatakan pria yang juga Kabiro Kesos Setdaprov ini, memanfaatkan tim yang sudah ada yang biasa berkecimpung dengan pendataan warga miskin. Yaitu relawan Program Keluarga Harapan yang sudah tersebar di kabupaten kota di Jawa Timur.
"Ada wilayah yang prioritas. Misalnya Madura. Di sana ada kultur, anak-anak yang penting mengaji, lalu tidak sekolah formal. Padahal kan bisa sambil sekolah tapi juga masuk sekolah formal," ucapnya.
Lebih lanjut Relawan TisTas akan dibekali dengan visi dan misi program TisTas.
Para orang tua dan anak-anak yang belum sekolah itu akan diyakinkan bahwa saat ini sekolah sudah gratis. Baik sekolah negeri maupun swasta.
Sehingga tak perlu ada kekhawatiran biaya sekolah yang mahal yang akhirnya mengurungkan niat untuk sekolah.
"Jika nanti dalam pendataan ada juga ditemukan anak putus sekllah akan ditindaklanjuti dengan memasukkan dalam program kejar paket. Intinya kita ingin meniningkatkan angka partisipasi kasar warga Jawa Timur agar bisa wajib belajar 12 tahun," tandas Hudiyono.
Relawan TisTas ini siap bergerak dan tinggal menunggu lampu hijau dari gubernur.
Menurut Hudiyono, relawan akan segera bergerak dalam waktu dekat guna menjangkau anak-anak Jatim yang belum bisa menikmati bangku sekolah.
Sementara itu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan angka lama sekolah di Jawa Timur harus ditingkatkan guna meningkatkan indeks pembangunan manusia di Jawa Timur.
Sebab saat ini IPM Jatim masih ringking 15 nasional dan terendah di Jawa.
"Salah satu sebab utamanya angka lama sekolah kita masih rendah. Rata-rata anak kelas 1 SMA sudah drop out. Maka yang kita ingin lakukan adalah meningkatkan APK termasuk menyisir masyarakat agar bisa ikut program kejar paket dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah," tegas Khofifah.