Budaya dan Tradisi Madura
Kisah Kontes SAPI SONOK, Tradisi Petani Madura Tetap Eksis di Pamekasan: Sapi Juara Ratusan Juta
Kisah Kontes Sapi Sonok, Tradisi Petani Madura yang Tetap Eksis di Pamekasan: Sapi Juara Seharga Ratusan Juta.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Mujib Anwar
Meski demikian, Wakil Bupati Pamekasan Rajae mengajak seluruh masyarakat Pamekasan untuk menjaga dan merawat budaya kontes Sapi Sonok sebagai warisan budaya leluhur yang harus tetap dilestarikan.
"Budaya sapi sonok merupakan budaya yang patut dilestarikan oleh kita semua. Jangan sampai punah," katanya kepada TribunMadura.com, Senin (18/11/2019).
Rajae juga mengutaran budaya kontes Sapi Sonok ini sudah ada sejak 50 tahun yang lalu.
Tradisi Sapi Sonok semula tidak seterkenal ajang Karapan Sapi.
Namun, berkat terus dilestarikan, Kontes Kecantikan untuk sepasang sapi ini dikenal hingga ke luar negeri.
"Para bule atau orang luar negeri jika sudah mendengar akan digelar kontes Sapi Sonok pasti datang ke Pamekasan, apalagi saat ajang karapan sapi itu mereka banyak yang kesini," ujarnya.
Lebih lanjut, Rajae mengungkapkan, jika keberadaan kontes Sapi Sonok memiliki cerita sejarah yang panjang.
Yakni, bermula dari kebiasaan para petani di Kabupaten Pamekasan dalam merawat sapi ternak mereka.
Setiap sore, lanjut Rajae sapi-sapi betina ini biasanya dimandikan.
Usai dimandikan, selanjutnya diikat pada tonggak kayu dan kemudian dijejerkan dengan rapi.
Selain itu, sapi-sapi betina ini juga diberi ramuan jamu khas Pamekasan.
"Selain dari segi fisik, sepasang sapi betina ini juga akan dinilai dari penampilan aksesoris yang digunakan dan keserasian saat berjalan," ungkapnya.
“Dari penilaian tersebut akan muncul pasangan sapi yang terbaik. Sepasang sapi sonok yang keluar sebagai juara.
Nah kalau sudah juara, biasanya harganya akan mahal hingga puluhan bahkan ratusan juta," tandasnya.