Berita Pamekasan

PGRI Pamekasan Minta Nadiem Makarim Memperhatikan Nasib Guru Honorer yang Memprihatinkan di Madura

Untuk meningkatkan profesionalisme dan integritas seorang guru, Mendikbud RI harus memperhatikan kesejahteraan guru honorer di Indonesia secara merata

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Ketua PGRI Pamekasan, Mohammad Sahid saat ditemui di Gedung Peringgitan Mandhapa Aghung Pamekasan, Madura, Kamis (19/12/2019). 

PGRI Pamekasan Minta Nadiem Makarim Memperhatikan Nasib Guru Honorer yang Memprihatinkan di Madura

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Kesejahteraan guru masih memprihatinkan, PGRI Pamekasan minta Mendikbud, Nadiem Makarim bisa memperhatikan.

Hal tersebut karena, kesejahteraan guru honorer masih sangat rendah.

Diharapkan, adanya perhatian ini bisa memajukan pendidikan di Indonesia.

Kesejahteraan guru honorer di Kabupaten Pamekasan, Madura nampaknya masih cukup memprihatinkan.

Pasalnya di Kabupaten Pamekasan, ribuan guru honorer masih menerima gaji di bawah kata kurang layak.

Adanya polemik itu, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pamekasan meminta agar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (Mendikbud RI), Nadiem Makarim betul-betul memperhatikan nasib guru honorer di Indonesia khususnya di Pamekasan.

Ketua PGRI Pamekasan, Mohammad Sahid mengatakan, untuk meningkatkan profesionalisme dan integritas seorang guru, Mendikbud RI harus memperhatikan kesejahteraan guru honorer di Indonesia secara merata.

Menurutnya peran guru honorer dalam memajukan pendidikan di Indonesia memiliki andil yang cukup signifikan.

Suami Jemput Istrinya di Rumah Kakak Ipar, Namun Malah Berujung Pembacokan, Pelaku Ngaku Tak Tahan

"Guru honorer kalau di Pamekasan rata-rata lulusan S1 dari Universitas ternama yang dalam segi keilmuan mereka lebih mampu namun belum balance dengan kesejahteraan yang mereka dapat, ini perlu perhatian khusus dari Mendikbud RI," katanya kepada TribunMadura.com, Kamis (19/12/2019).

Mohammad Sahid mengungkapkan, di Pamekasan ada sekitar ribuan guru honorer yang menerima gaji sekitar Rp. 300 ribu per bulan.

Gaji tersebut dikeluhkan pihaknya karena tidak sesuai dengan pengabdian yang telah diberikan kepada lembaga pendidikan, yakni mengajar full dalam sebulan.

"Saya merasa kasihan. Mereka yang mau berhenti gimana, karena mereka sudah terlanjur komitmen dengan siswa," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved