Berita Pamekasan

Gerakan Hapus Intoleran, GPIB Pamekasan Undang Berbagai Komunitas saat Puncak Perayaan Natal

Gerakan Hapus Intoleran, GPIB Pamekasan Undang Berbagai Komunitas saat Puncak Perayaan Natal

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA/KUSWANTO FERDIAN
Kelompok Paduan Suara GPIB Mahkota Hayat Pamekasan saat menyanyi, Jumat (27/12/2019) malam. 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat / GPIB Mahkota Hayat Pamekasan, Madura menggelar malam puncak perayaan Natal di gereja setempat, Jumat (28/12/2019) malam.

Dalam perayaan Natal tahun 2019 ini, mereka mengangkat tema 'Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang'.

Pantauan TribunMadura.com, saat acara perayaan natal dimulai, berbagai pementasan seni ditampilkan, mulai dari menyanyi, paduan suara, pementasan tradisional musik kolintang, drama dan pembacaan puisi.

Uniknya pada perayaan Natal tahun ini juga, Pendeta GPIB Mahkota Hayat Pamekasan mengundang sejumlah komunitas yang ada di wilayah setempat yang notabennya berafiliasi agama Islam.

Ada pun komunitas yang hadir pada acara perayaan natal kali ini diantaranya, dari Kejawen, Artretan, Civitas Khoteka dan Gusdurian.

Selain komunitas itu mereka juga mengundang komunitas dari berbagai gereja yang ada di wilayah Pamekasan.

Pendeta GPIB Mahkota Hayat, Hendry Sihasale mengatakan, tema besar perayaan natal malam ini sebagai aplikasi kehadiran kristus di dunia sebagai pembawa damai sejahtera.

"Perwujudan dari itu kita menafsirkan bahwa menjadi sahabat itu bagi semua manusia, bukan hanya yang sesama iman, sesama suku, atau sesama golongan," katanya.

"Menjadi sahabat disini artinya kita mau berbuat kebaikan, berani berkorban mau saling menguatkan dan saling tolong menolong.

Selain itu juga bisa saling menghargai serta menghormati," sambungnya.

Pria berusia 37 tahun tersebut mengaku, kali pertama mengundang sejumlah komunitas di wilayah Pamekasan yang notebannya berafiliasi agama Islam untuk datang ke acara perayaan natal yang pihaknya gelar.

"Mereka sangat apresiasi dengan undangan yang kami berikan dan pesan-pesan yang mereka sampaikan dalam kesempatan yang kita berikan, mereka sangat mendukung kalau sahabat itu harus menjadi wujud untuk menjalin relasi yang baik," ujarnya.

Hendry berharap di natal tahun ini Indonesia bisa lebih baik dalam menjalin hidup rukun antar semua umat beragama, serta tidak ada sekat yang membatasi dalam persahabatan sekalipun beda keyakinan dan beda agama.

"Itikad kita dalam membangun persahabatan ini dalam rangka juga mencegah konflik-konflik yang datang untuk memperlambat kemajuan dari Bangsa Indonesia," inginnya.

Sedangkan Novie Chamelia Founder Komunitas Sivitas Khoteka Pamekasan mengatakan, jika undangan ini pengalaman kali pertama bagi komunitasnya untuk hadir dalam momentum 'Perayaan Natal' yang diisi dengan berbagai macam pementasan seni.

"Tema yang diangkat oleh GPIB Mahkota Hayat dalam momentum Perayaan Natal kali ini sangat bagus yang tujuannya untuk menangkis pemahaman radikalisme," katanya.

Novie juga mengutarakan, manusia dilahirkan ke muka bumi ini tidak memilih untuk lahir dari keluarga apa dan keyakinan apa yang dianut.

Sehingga sebagai manusia sudah sepatutnya untuk hidup saling rukun dan saling memghagari antar umat beragama.

"Kita sebagai umat beragama harus saling menjaga persahabatan serta kerukunan. Tidak untuk masuk menjadi mereka, tapi untuk saling mengenal," ucapnya.

Selain itu, Novie mengungkapkan bahwa saat ini sebagian antar umat manusia yang berbeda keyakinan, ketika dalam berkawan dengan seseorang yang berbeda agama hanya dijadikan sebagai ajang pamer dan eksis di media sosial saja.

Padahal hal tersebut menurut Novie tidaklah baik.

"Misal mereka mengaku orang bertoleransi dengan orang non muslim, tetapi dia tidak bisa bertoleransi dengan kaumnya sendiri dengan saudaranya sendiri ini kan miris," keluhnya.

Sementara Taufiqurrahman (26) Koordinator GUSDURian Pamekasan mengatakan, komunitasnya tampil di kegiatan GPIB Mahkota Hayat Pamekasan ini sudah beberapa kali.

Namun khusus undangan menghadiri pementasan 'Perayaan Natal' di GPIB Mahkota Hayat tersebu adalah pengalaman kali pertama.

"Karena jaringan GUSDURian di Pamekasan masih baru dirintis kisaran setahun dan ini kali pertama diundang di acara natalan," katanya.

Ia juga mengaku senang karena sudah diundang dalam acara ini.

Dengan adanya undangan tersebut bisa menghapus beberapa stigma di masyarakat tentang adanya intoleran.

"Jadi untuk mencegah hal itu kita sebagai kaum muslim, kita menghargai undangan itu dengan cara datang ke gereja ini, tetapi tetap dengan pakaian ala muslim biasa," ujarnya.

"Hal ini juga membuktikan bahwa kita semua ini satu rahim NKRI. Kalau bagi saya selama kita masih menyerupai manusia, kita hidup di muka bumi yang sama, maka kita pun juga sama adalah makhluk Tuhan," sambung dia.

Tidak hanya itu, Taufiqurrahman juga menilai dengan adanya undangan ini merupakan bentuk rasa menghargai untuk menghapus adanya intoleran dan radikalisme yang mungkin masih ada di wilayah Pamekasan.

"Saya berharap ke depan dalam kegiatan seperti ini bisa menjadi gerakan kemanuasian tanpa ada sekat keagamaan," harapnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved