Pilkada Surabaya
Petik Pelajaran Kasus Penghinaan Risma, Machfud Arifin Ajak Warga Ciptakan Pilkada Surabaya Damai
Machfud Arifin mengajak masyarakat untuk memetik pelajaran dari kasus dugaan ujaran kebencian dan penghinaan yang melibatkan Wali Kota Risma.
Penulis: Bobby Koloway | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Machfud Arifin mengajak masyarakat untuk memetik pelajaran dari kasus dugaan ujaran kebencian dan penghinaan yang melibatkan Wali Kota Risma
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA – Bakal Calon Wali Kota Surabaya, Machfud Arifin mengajak masyarakat untuk memetik pelajaran dari kasus dugaan ujaran kebencian dan penghinaan yang melibatkan Wali Kota Risma.
Machfud Arifin mengatakan, kasus dugaan ujaran kebencian dan penghinaan yang melibatkan Wali Kota Risma hendaknya dijadikan pelajaran berharga bagi masyarakat.
Karenanya, Machfud Arifin mengajak warga Kota Surabaya untuk mewujudkan Pilkada Surabaya 2020 yang damai dan sejuk.
• Pamekasan Bakal Punya Gedung Bioskop Bernama Kota Cinema Mall, ini Lokasi dan Tanggal Launchingnya
• Pelaku Kasus Penghinaan Wali Kota Risma Ajukan Penangguhan Penahanan, Kuasa Hukum Sebut Faktor Anak
• Dulu Menghina, Pemilik Akun Facebook Zikria Dzatil Kini Panggil Wali Kota Risma dengan Sebutan Bunda
Mantan Kapolda Jatim itu mengaku, selalu mengajak semua pihak untuk menghindarkan diri dari saling menjelekkan dan saling serang dejak awal pencalonannya pada Pilkada Suraba 2020
”Pilwali adalah pesta demokrasi yang seharusnya penuh dengan kedamaian," kata Machfud Arifin ketika dikonfirmasi di Surabaya.
”Di Surabaya, seharusnya pilwali mengutamakan perang gagasan dan ide, untuk membawa kota ini melompat lebih tinggi lagi,” lanjutnya.
Apalagi, kata dia, untuk menghilangkan konflik akibat pilkada, butuh waktu lama.
Bahkan, kasus polarisasi seringkali berlarut hingga menjelang pilkada berikutnya.
”Kalau perang gagasan, maka yang terpilih adalah wali kota terbaik," ungkap Machfud Arifin.
• Balasan Pedih Penghina Wali Kota Risma di Facebook, Anak Pelaku Tak Luput Ikut Kena Dampaknya
• Masjid Kompleks Polresta Sidoarjo Didatangi Maling, Uang Santunan Anak Yatim Raib Digondol Pencuri
"Sebaliknya, kalau yang terjadi saling menjelekkan, yang terpilih mungkin hanya yang jeleknya sedikit,” paparnya.
Ia mencontohkan kasus seorang ibu dari Bogor bernama ZD.
Kasus ini, kata dia, menjadi bukti polarisasi yang timbul dari pilkada sangat sulit hilang.
Menurut Machfud Arifin, kasus ini didasari ZD tidak terima ketika Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di-bully di media sosial karena Jakarta banjir.
Apalagi, Anies dibanding-bandingkan dengan Tri Rismaharini.