Berita Pamekasan
Bayi 11 Bulan yang Idap Tumor Jinak asal Pamekasan Meninggal Dunia, Sempat Mengalami Demam Tinggi
Anak asal Kabupaten Pamekasan yang menderita Limfangioma atau tumor jinak meninggal dunia.
Penulis: Muchsin Rasjid | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN – Nur Anisa Maharani, anak usia 11 bulan yang mengidap Limfangioma atau tumor jinak di kaki kirinya, meninggal dunia, Jumat (17/4/2020).
Rani, panggilan karib Nur Anisa Maharani, meninggal dunia RSU Mohammad Noer, Jalan Bonorogo, Kabupaten Pamekasan.
Ia meninggal dalam penanganan tim dokter selama 2 jam, 46 menit, setelah Rani didera panas tinggi 40 derajat Celsius selama dua hari.
• Jadwal Acara TV ANTV Trans TV RCTI SCTV GTV Indosiar Sabtu 28 April 2020, Ada Film The Transporter
• Inspiratif, Pengusaha Muda Ini Rogoh Kocek Pribadi untuk Bantu Warga saat Penyebaran Virus Corona
• Pria Madura Nekat Bunuh Tetangga Satu Desa, Dendam Karena Korban Dianggap Selingkuh dengan Istrinya
Semasa hidup, Rani mendapat penanganan dari lima dokter spesialis di RSUD Dr Soetomo, Surabaya, karena tumor jinak itu.
Di sana, Rani menjalani operasi tumor jinak dari pangkal paha hingga tapak kaki kirinya yang terus membesar.
“Kami selama ini sudah berusaha sekuat tenaga untuk membuat Rani sembuh," kata Khoiratun Nisa, ibu Rani kepada TribunMadura.com.
"Namun apa daya, takdir berkata lain dan Rani harus pulang menghadap Ilahi," sambung dia.
"Mungkin Allah memberikan pilihan terbaik bagi Rani, sehingga kini dan seterusnya Rani sudah tidak menderita lagi,” tambah dia.
Khoiratun Nisa mengaku, selama ini tidak memiliki firasat apa-apa jika buah hatinya akan meninggal sebelum dilakukan operasi.
Kata dia, Rani belakangan ini jarang merengek jika penyakitnya kambuh.
• Maling Motor di Gresik Dihajar Massa, Jatuh dari Kendaraan Curiannya Karena Panik Diteriaki Korban
• Ketua DPRD Jatim Minta Kabupaten/Kota Siapkan Ruang Observasi untuk Gelombang Kedatangan Pemudik
Bahkan, beberapa hari tekahir ini, Rani terlihat ceria dan sering bergurau, seakan lupa dengan sakitnya.
Khoiratun Nisa menjelaskan, Rani terus mendapat apapun yang diinginkannya selama ini.
“Apapun mainan yang diminta Rani, kami turuti. Semua kami lalukan, demi member semangat pada Rani,” kata dia.
Kakek Rani, Abdul Halim mengungkapkan, berterima kasih kepada relawan, yayasan, dan sejumlah donator yang telah banyak membantu biaya pengobatan Rani.
Walau akhirnya Rani kini meniggal, namun bantuan itu begitu berarti karena ikut memikirkan nasib Rani untuk sembuh.