Ramadan 2020
Hikmah Ramadan 1441 H, Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, 'Bencana Melahirkan Optimisme dan Semangat'
Apakah hikmah yang bisa kita ambil dari mewabahnya Covid-19 disaat kita menjalankan ibadah puasa ini?
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Elma Gloria Stevani
Namun, apakah Ayub luluh. Ternyata tidak, Ayub mampu menjalani ujian pahit itu dengan sangat baik.
Di kemudian hari, kesabarannya menjadi pepatah tentang keteladanan kesabaran berupa kalimat “kesabarannya seperti kesabarannya Ayub”.
Setelah kesulitan maka datanglah kemudahan. Setelah musibah yang menjemukan, apa yang didapat Ayub.
Ternyata Tuhan membalasnya dengan kebaikan berlipat. Qur’an Surat Shad ayat 41-44 melukiskan bagaimana Tuhan membalas kesabaran Ayub dengan obat, harta dan keluarga yang lebih banyak serta insyafnya sang istri.
• KABAR GEMBIRA! Cuti Bersama Idul Fitri 2020 Digeser ke Desember, Ini Rincian Cuti & Libur Nasional!
• Jelang PSBB, Risma Ingatkan Pedagang Disiplin Jalankan Protokol Kesehatan di Pasar Tradisional
• Pasien Positif Covid-19 di Nganjuk 10 Orang, Gugus Tugas Tunggu Hasil Tes Swab Warga yang Tes Rapid
Bencana memang harus melahirkan optimisme dan semangat untuk menasihati dalam kebenaran.
Wabah Covid-19 ini juga memiliki korelasi dengan situasi kita hari ini.
Di tengah beragam persoalan yang muncul sejak masalah ritual sampai ekonomi, kita memang harus terus berkata benar.
Bukankah kita dihadapkan saat ini pada kondisi nyinyir sebagian kecil masyarakat kita terhadap anjuran MUI dan Pemerintah dalam soal ibadah.
Bukankah kita menjumpai bertebarannya hoak tentang corona, di mana kita harus menyampaikan kebenaran sebenar-benarnya, sejauh yang kita pahami.
Beragam hoax yang menjangkiti masyarakat kita akhirnya pada tataran tertentu melahirkan satu sikap kritis agar kita mau
aktif dalam menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Optimisme itu perlu dibangun dengan satu sikap positif thinking.
Seorang muslim yang berpengetahuan, pasti punya pikiran positif atas segala musibah.
Karena ujian berupa penyakit tak hanya menimpa muslim saja, tapi juga semua manusia bahkan sekelas nabi seperti Ayub.
Faktanya, manusia memang tidak ada yang hidupnya senang terus atau susah terus. kebahagiaan dan derita datang silih berganti.
Maka, dengancara berpikir yang sederhana, kita hanya menyajikan satu hal saja dalam benak kita.
Corona suatu saat akan berlalu seperti halnya bencana bencana lainnya.