Virus Corona di Jawa Timur
Penyebab Kasus Covid-19 di Surabaya Tinggi Diungkap Dokter Tirta, Singgung Soal Pertentangan Elit
Dokter Tirta Mandira Hudhi menilai masalah penanganan Covid-19 di Jawa Timur terutama di Surabaya sangat kompleks.
Penulis: Sofyan Candra Arif Sakti | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Relawan Medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Tirta Mandira Hudhi menilai masalah penanganan Covid-19 di Jawa Timur terutama di Kota Surabaya sangat kompleks.
Permasalahan inilah yang menghambat penanganan Covid-19 di Jawa Timur sehingga berjalan tidak optimal dan penularan masih terus terjadi.
Masalah yang pertama adalah narasi ketakutan Covid-19 yang terlalu berlebihan di Jawa Timur.
• UPDATE Corona di Kabupaten Kediri Kamis 9 Juli 2020: Kasus Positif Covid-19 Bertambah 9, Total 261
• Pasien Terkonfirmasi Positif Covid-19 di Pondok Modern Gontor 2 Ponorogo Bertambah, Ada Enam Santri
• Bayi Berusia 2 Hari di Kabupaten Nganjuk Terinfeksi Virus Corona Setelah Ibunya Positif Covid-19
Semenjak kasus di Surabaya meningkat drastis dan angka Kasus Covid-19 di Jawa Timur menyalib DKI Jakarta, banyak yang menarasikan seolah Surabaya seperti medan perang.
"Pokoknya medeni (menakutkan) kalau kamu ke Surabaya sudah pasti mati lah," kata dr Tirta Mandira Hudhi di RS Lapangan Covid-19 Jawa Timur, Jalan Indrapura, Surabaya, Rabu (8/7/2020).
Akibatnya banyak masyarakat Surabaya yang menolak untuk melakukan rapid test karena ketakutan yang berlebihan terhadap Covid-19.
"Mereka takut bukan karena konspirasi atau rapid test nya tidak akurat tapi karena takut tidak kerja kalau reaktif," lanjut dokter lulusan UGM ini.
Hal ini menyebabkan Tracing atau penelurusan Covid-19 di Jawa Timur sulit dilakukan sehingga penularan sulit dihentikan.
"Yang Kedua, konflik karena adanya kebijakan-kebijakan yang bertentangan satu sama lain oleh kalangan elit," kata dr Tirta.
Menurut dr Tirta Mandira Hudhi, hal tersebut menyebabkan perbedaan opini di akar rumput.
• Mayat Bayi Perempuan Tengkurap di Pantai Turut Tuban, Ditemukan Nelayan yang Cari Ikan Bersama Anak
• Ramalan Zodiak Kamis 9 Juli 2020, akan Ada Perubahan Besar Terjadi pada Taurus, Aquarius Memberontak
• Ramalan Zodiak Keuangan Kamis 9 Juli 2020, Cancer Tetaplah Berhemat, Leo Tenggelam Dalam Pengeluaran
"Kalau atasnya berantem, di bawah juga berantem karena perbedaan opini. Ada kampung yang percaya Covid-19 ada yang tidak percaya Covid-19, ini karena edukasi yang tidak sampai ke bawah," lanjutnya.
Konflik yang ketiga adalah adanya tuduhan dan fitnah tenaga kesehatan yang membisniskan Covid-19.
Hal tersebut menurut dr Tirta sangat menyedihkan karena Nakes bekerja sesuai SOP yang sudah ditetapkan.
"Kalau A ya A. Karena kalu kita bekerja tidak sesuai SOP maka akan dianggap malpraktik dan mendapatkan tuntutan hukum," ucapnya.
Dari semua konflik tersebut, yang paling berdampak besar adalah pembelaan masing-masing antara pro dan kontra suatu kebijakan.
"Yang paling rugi ada dua, yaitu nakes (tenaga kesehatan) dan masyarakat akar rumput," ucap pengusaha jasa cuci sepatu ini.
Untuk itu, di Jawa Timur dr Tirta bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur melakukan edukasi terutama di Surabaya kepada para pengunjung pasar.
Hal ini karena banyaknya klaster penularan Covid-19 yang berasal dari pasar tradisional.
Selain itu, dr Tirta juga melakukan edukasi dengan cara diskusi dua arah dengan suporter bola di Surabaya yaitu Bonek.