Berita Entertainment
Keputusan Gisella Anastasia Ceraikan Gading Marten, Pemikiran yang Salah hingga Tak Melibatkan Tuhan
Keputusan Giseela Anastasia bercerai dari Gading Marten disebut sebagai kesalahan. Mengapa? Simak Pengakuan Gisella dalam artikel di bawah ini!
Tak mau seperti orangtuanya
• Kasatreskrim Polres Pamekasan Diganti, Kapolres Pamekasan Harap Bisa Mengemban Amanah Sebaik-Baiknya
• Tak Patuh Protokol Kesehatan di Kota Blitar, Delapan Kafe Dikenai Sanksi Tindak Pidana Ringan
• Katalog Promo Alfamart Rabu 16 September 2020, Diskon Daia Rp 27.900 dan Minyak Goreng 2L Rp 24.700

• Daftar Promo Indomaret Rabu 16 September 2020, Diskon Harga Shampoo, Sabun hingga Detergen Rinso
• Jadwal Acara TV Hari Rabu 16 September 2020 di RCTI SCTV GTV Kompas TV TVRI Trans TV Trans7 MNCTV
• Cara Dapat Uang Santunan Rp 15 Juta untuk Keluarga Pasien Covid-19 yang Meninggal, Simak Syaratnya!
Ada peran masa lalu, ketakutan mengalami hal yang dialami orangtuanya dulu membuat Gisel mempertimbangkan untuk berpisah.
Walaupun kedua orangtuanya tidak bercerai, Gisel tidak ingin mengalami badai yang dialami kedua orangtuanya, ditambah lagi kedua orangtuanya berbeda keyakinan.
Jadi begitu ada masalah di rumah tangganya dengan Gading, Gisel langsung berpikir tidak ingin seperti orangtuanya, yang mempertahankan rumah tangga demi anak.
"Aku enggak mau ah end up kayak orangtuaku yang bertahan demi aku, ceritanya waktu itu memang," kata Gisel.
"Waktu itu, I don't want to end up like that (seperti kedua orangtua), tapi itu twist-nya iblis pinter banget sih, di-twist-twist otak aku seakan-akan, 'sudah pisah aja," katanya kemudian.
Sempat temui psikolog
Kenangan masa lalu yang dianggapnya sebagai pencetus pemikiran tak ingin mengulang hal yang sama itu kemudian seperti mendapatkan pembenaran ketika Gisel bertemu dengan psikolog.
Pembenaran bahwa apa yang dilakukan Gisel untuk bercerai adalah imbas masa lalunya.
"Maksud dia (psikolog) mungkin baik, mungkin aku mau diproses, dia ngomong aku tuh begini karena aku kurang sosok ayah dari kecil," kata Gisel.
"Menurut dia, aku tu begini karena aku tuh kering, memang haus kasih sayang, memang karena butuh sosok ayah, sosok pemimpin, sosok yang bisa dijadikan pegangan gitu, jadi dia kayak mengonfirmasi gitu semua," lanjutnya.
Gisel yang mendengar perkataan tersebut langsung merasa pemikirannya selama ini benar, dan dia menyalahkan masa lalunya.
"(berpikir) 'jadi kayak tuh kan kata psikolognya aja gitu, memang masa lalumu gini, I was blaming my masa lalu," ujar Gisel kemudian.
Seharusnya berdamai dengan masa lalu
Sekarang dia sadar kalau mempelajari masa lalu adalah sebuah pembelajaran untuk menjadi lebih baik, bukan dijadikan pembenaran atas sebuah keputusan.