Berita Pamekasan

Owner Batik KA-DE Luncurkan Produk Terbaru Batik Le-Jeleh, Kak Dus Ungkap Nilai Filosofi Sakral

Abdus Somad, Owner Batik KA-DE Pamekasan, meluncurkan produk batik terbaru. Batik yang baru ini, ia juluki Batik Le-Jeleh (Batik Jala-Jala).

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Produk batik baru milik KA-DE yang dijuluki motif Batik Le-Jeleh saat dipakai salah satu model asal Surabaya, Senin (19/10/2020). 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Abdus Somad, Owner Batik KA-DE Pamekasan, meluncurkan produk batik terbaru.

Batik yang baru ini, ia juluki Batik Le-Jeleh (Batik Jala-Jala).

Ia menjelaskan, proses pembuatan batik tersebut berlangsung sekitar setengah bulan.

Batik Le-Jeleh ini kata dia batik khas warga Desa Toronan.

Baca juga: Aliansi Pemuda Peduli Rakyat Kembali Geruduk Gedung DPRD Pamekasan, Desak Tuntaskan Kasus BPNT

Baca juga: BREAKING NEWS - Mayat Pria Tanpa Busana Ditemukan di Tengah Hutan Mojokerto Dalam Kondisi Terbakar

Baca juga: Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka Dimulai Hari Ini, Siswa SMPN 3 Ponorogo Dilarang Berbagi Makanan

Abdus Somad, Owner Batik KA-DE (kiri) saat memberikan cinderamat batik ke salah satu model Surabaya, Senin (19/10/2020).
Abdus Somad, Owner Batik KA-DE (kiri) saat memberikan cinderamat batik ke salah satu model Surabaya, Senin (19/10/2020). (TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN)

Harga batik Le-Jeleh itu dijual kisaran harga Rp 550 ribu - Rp 600 ribu per potong kain batik dengan ukuran kain 2,30 meter.

Bahan batik Le-Jeleh ini dari kain kereta kencana.

Menurut pria yang akrab disapa Kak Dus itu, julukan batik Le-Jeleh produknya ini, mengandung nilai filosofis yang sakral.

Yaitu, diibaratkan seorang nelayan ketika ingin menangkap ikan dengan hasil yang banyak harus memakai jala atau para nelayan Madura biasa menyebutnya 'Jeleh'.

"Dari filosofi itulah motif batik Le-Jeleh ini tercipta. Makna lain dijuluki Le-Jeleh supaya kita dalam berjualan batik bisa mendapatkan keuntungan yang berlimpah dan barokah," kata Kak Dus kepada TribunMadura.com, Senin (19/10/2020).

Kak Dus juga mengatakan, proses pewarnaan batik Le-Jeleh ini dibantu dengan fiksasi.

Baca juga: Luapan Emosi Risma di Depan 58 Pelajar Demo UU Cipta Kerja: Ibu marah, Kalian Khianati Orang Tua

Baca juga: Penularan Covid-19 Melandai, 8 SMP di Kabupaten Ponorogo Membuka Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka

Baca juga: Balap Liar Resahkan Warga, Polres Pamekasan Gelar Razia, 6 Unit Sepeda Motor Berhasil Diamankan

Ada tiga jenis bahan fiksasi yang dipakai dalam proses perwarnaan batik tersebut.

Meliputi:
1. Kapur, fungsinya untuk menghasilkan warna yang muda atau terang.
2. Tawas, fungsinya untuk memperoleh warna dasar atau asalnya.
3. Tunjung, fungsinya agar menghasilkan warna yang lebih tua.

Selain itu, batik tersebut juga memakai pewarnaan alami, pewarna sintetis, zat warna Naphtol dan zat warna Indigosol.

Proses perwarnaan batik Le-Jeleh ini melalui tiga kali pengerjaan.

"Campuran bahan-bahan tersebut dapat menempel kuat pada kain, sehingga batik Desa Toronan dikenal sebagai batik yang warnanya tidak mudah luntur, seperti batik Le-Jeleh ini," tutupnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved