Berita Pamekasan
Makna dan Filosofi Pakaian Khas Madura Baju Pesa' dan Celana Gombor: Jadi Manusia Tak Boleh Sombong
OPD, Forkopimda, Forpimka, ASN dan staf pria yang bekerja di lingkungan Pemkab Pamekasan diwajibkan memakai Baju Pesa' dan Celana Gombor khas Madura.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Elma Gloria Stevani
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Pamekasan ke-490 tahun, semua OPD, Forkopimda, Forpimka, ASN dan staf pria yang bekerja di lingkungan Pemkab setempat diwajibkan memakai pakaian khas Madura yang disebut Baju Pesa' dan Celana Gombor.
Biasanya, Baju Pesa' dan Celana Gombor identik dengan julukan pakaian Pak Sakera.
Lalu apa makna filosofi dari seluruh aksesoris pakaian Baju Pesa' dan Celana Gombor ini?
Berikut penjelasan dari Seniman Pamekasan, Madura, Herdyanto Wijaya.
Baca juga: Anthony Xie Pamer Foto USG, Audi Marissa Umumkan Kehamilan Anak Pertama, Sederet Artis Beri Komentar
Baca juga: Pihak Korban Minta Polisi Serius Tangani Kasus Akun FB Muhammad Izzul Sebut Kiai Simpatisan PKI
Baca juga: Begal Payudara di Tuban Tertangkap, Ngaku 5 Kali Beraksi, Polisi: Aksi Dilakukan Pagi dan Sore Hari
Ia menjelaskan, dalam satu set pakaian Baju Pesa' dan Celana Gombor ini terdiri dari berbagai aksesori yang memiliki makna filosofi masing-masing.
Mulai dari Odheng Tongkèrè', yaitu ikat kepala harian masyarakat Madura yang berbahan Batik Satorjoan yang dipakai dengan cara dilipat wiron.
Lalu sisa segitiga Ghunongan atau gunungannya diletakkan di bagian belakang kepala sebagai simbol; manusia tidak boleh sombong dan selalu berpasrah diri pada Tuhan.
"Simpul ikat di bagian belakang kepala disebut bunto' kala atau ekor Kalajengking yang memiliki makna filosofi; manusia harus selalu berpedoman pada Tuhan yang satu," kata Herdyanto Wijaya kepada TribunMadura.com, Selasa (3/11/2020).
Selanjutnya kata Herdyanto, Kalambhi Pesa' berbahan katun warna hitam, sebagai simbol kedalaman jiwa.
Sehingga baju ini sangat adem dan nyaman saat dipakai setiap hari yang terdapat belahan.
Mulanya, julukan baju Pesak ini, menurut Herdy, bermula dari bahasa Belanda yang disebut Visak, lalu warga Madura menyebutnya menjadi "Pèsa'".
Baca juga: Pasutri di Kartoharjo Magetan Ditemukan Tewas Berpelukan di Dalam Sumur, Diduga Hirup Gas Beracun
"Baju Pesa' ini di bagian depannya dilengkapi 3 kantong yang lumayan besar, 1 kantong di bagian dada kiri atas dan 2 kantong di bagian bawah," jelasnya.
Selain itu, kata Herdy terdapat pula aksesori Kaos Bhellâng.
Dahulu, kaos ini menurutnya dibuat dari bahan katun berwarna putih dengan pelengkap kancing di bagian atasnya.