Berita Sampang
Pengakuan Penganut Aliran Syiah di Sampang, 8 Tahun Tunggu Momen Pembacaan Ikrar, Akui Rindu Kampung
Ratusan penganut aliran Syiah menyambut haru saat melaksanakan proses pembacaan ikrar kembali ke ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).
Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Hanggara Pratama
TRIBUNMADURA.COM, SAMPANG - Ratusan penganut aliran Syiah membacakan ikrar kembali ke ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) di Pendopo Trunojoyo Sampang, Madura, Kamis (5/11/2020).
Pembacaan dilakukan secara bergantian di depan para ulama, kiai, tokoh masyarakat, bahkan di hadapan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sampang.
Seorang pengikut Syiah, Rusiyah mengaku sedih bercampur senang setelah membacakan ikrar.
Warga Desa Karang Gayam Kecamatan Omben itu mengaku sudah bertahun-tahun menunggu momen tersebut.
"Kami sudah delapan tahun di tempat pengungsian, rindu sama kampung halaman," ujarnya kepada TribunMadura.com.
Baca juga: Ratusan Pengikut Syiah di Sampang Bacakan Ikrar Kembali ke Aswaja, Siap Dihukum Jika Melanggar
Baca juga: 5 Lokasi Pelayanan SIM di Surabaya, Gerai Terbaru Ada di Apartemen Praxis, Makin Mudah Dijangkau
Baca juga: Mayat Tanpa Identitas Mengapung di Perairan Pelabuhan Jamrud Utara Surabaya, Kondisinya Membusuk

Selama delapan tahun suka duka dilewati di tempat pengungsian bahkan, rela bekerja sebagai pengupas kelapa demi memenuhi kehidupan enam kekuarganya.
Ia mengatakan, sistem kerjanya pun tergantung terhadap pabrik si pemilik kelapa, dalam sepekan bisa bekerja selama enam hari dan juga bisa empat hari.
Namun, jika kondisinya sepi bisa sepekan tidak bekerja sama sekali.
"Untuk bayarannya tidak nentu, tapi sering mendapatkan Rp. 400 ribu dan hasinya cukup memenuhi ekonomi keluarga di sana," tuturnya.
Kendati demikian, setelah pembacaan ikrar ini dilakukan, Rusiyah menyampaikan tidak tahu setelah ini apakah langsung menuju tempat tinggalnya di Desa Blu'uran Kecamatan omben atau tidak.
Menurutnya, jika kembali ke tempat tinggalnya dirasa tidak mungkin lantaran rumahnya sudah ludes terbakar pada insiden 2012 lalu.
Sehingga, mau tidak mau pihaknya berharap kepada pemerintah daerah untuk memperhatikan nasib yang dialami oleh dirinya beserta teman-teman yang lain karena audah tidak ada tempat tinggal untuk ditempati.
"Selesai ikrar ini kami tidak tahu, rumah sudah tidak ada, kami berharap kepada pemerintah," pungkasnya.