Berita Sumenep

Dewan Pendidikan Tanggapi Pengeluaran Dua Murid SMAN di Sumenep Karena Sebut Guru Tukang Santet

Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep menanggapi kasus dua siswa i SMAN 1 Batuan Sumenep yang dikeluarkan dari sekolah.

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/ALI HAFIDZ SYAHBANA
SMAN 1 Batuan Sumenep 

"Bukan dipecat ya, tapi dikembalikan pada orang tuanya," kata Kepsek SMA Negeri 1 Batuan Sumenep, Salehoddin saat dikonfirmasi TribunMadura.com, Kamis (12/11/2020).

"Karena sekolah sudah tidak mampu lagi mendidik kedua anak tersebut," sambung dia.

Salehoddin mengatakan, alasan yang mendasar hingga pihak sekolah yang ada di Jalan Raya Lenteng-Batuan ini orang tua kedua siswi tersebut menyebut salah seorang gurunya sebagai tukang santet.

"Orang tuanya menuduh salah seorang guru sebagai tukang santet, tuduhan ini dilontarkan langsung pada saya," ungkapnya.

Pihaknya mengaku sudah melakukan mediasi kedua belah pihak untuk dilakukan musyawarah kekeluargaan, namun hal itu gagal.

"Saya sudah memberikan penjelasan bahwa guru ini bukan tukang santet, tapi seorang tuanya ini menyampaikan ke saya langsung bahwa anaknya disantet guru ini," ucap dia

"Karena nyebut-nyebut, saya ingatkan bahwa anak ini sedang kesurupan," katanya.

"Bahkan tuduhan ini diulang-ulang walaupun sudah saya ingatkan, tapi tetap seperti itu," lanjutnya.

"Maka muncullah keputusan yang tegas, anak ini dikembalikan karena pihak sekolah tidak mampu mendidik karena orang tuanya sudah menuduh gurunya tukang santet," jelasnya.

TribunMadura.com melakukan konfirmasi terhadap orang tua dari siswi berinisial MN, Yuyud Krisdiyanto.

Ia mengaku keputusan sekolah (SMA N 1 Batuan) itu sangat tidak masuk akal karena anaknya saat keserupan memberontak kepada salah seorang guru berinisial FA.

"Sangat tidak masuk diakal, lantaran anak saya kesurupan dan berontak kepada gurunya yang diduga mempunyai ilmu santet atau sihir, lantas dikeluarkan begitu saja," katanya melalui telepon pribadinya.

Terkait keputusan pengembalian anaknya itu katanya, pihaknya merasa tidak puas atas kebijakan atau prosedur yang diberikan sekolah karena sikap anaknya kepada guru tersebut. 

"Terus terang kami tidak terima anak kami dikembalikan atau dikeluarkan dari sekolah. Karena itu bukan dari anak kami, tapi kesalahan hanya tuduhan fitnah yang diukur di masyarakat," katanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved