Berita Bangkalan
HOAKS Efek Samping Vaksin Covid-19 Perbesar Alat Kelamin, Dandim 0829 Bangkalan: Jangan Ditanggapi
Beredar di media sosial bahwa vaksin Covid-19 Sinovac memberi efek samping pembesaran alat kelamin.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
"Teknologi baru di sisi lain dalam jangka pendek mungkin bisa diamati dampaknya pada saat uji klinis, jangka panjang mereka belum tahu karena ini adalah platform baru,” sambung dia.
Kata dia, vaksin Sinovac juga relatif mudah disimpan maupun logistiknya tidak membutuhkan cold chain atau rantai dingin yang canggih seperti vaksin Pfizer yang membutuhkan penyimpanan minus 70 derajat.
Vaksin Sinovac masih dapat memungkinkan apabila disimpan di dalam kulkas biasa saja
Ato juga menuturkan bahwa dikeluarkannya ijin pakai darurat oleh BPOM karena melihat semakin banyak korban Covid-19 berjatuhan.
Sementara waktu ideal yang dibutuhkan adalah 6 bulan untuk pemantauan agar mengetahui efek samping pasca uji klinis dilakukan.
“Jadi, uji klinis fase 3-nya sudah selesai, sehingga data-data yang dicatat selama pelaksanaan uji klinis hasilnya bisa diperoleh dan dianalisis," ungkap dia.
"Uji klinis sudah selesai hanya versi pemantauan pasca uji-nya itu yang kemudian kita tunggu dengan pertimbangan bahwa selama uji mulai ke-1 sampai ke-3 laporan terkait dengan keamanan dan efikasi sudah didapatkan,” tuturnya.
Diberikan Pada Orang Sehat
Bagi Ato, vaksin berbeda dengan obat.
Obat untuk mengobati orang sakit.
Sementara vaksin untuk mencegah yang sehat agar tidak sakit.
“Sehingga vaksin itu harus diberikan kepada orang yang masih sehat," kata dia.
"Kalau sudah sakit bukan menjadi target dari vaksin karena yang bersangkutan sementara sudah punya antibodi alami yang mungkin memang akan terdegradasi seiring waktu,” ucapnya.
Perihal penggunaan vaksin Sinovac, Ato mengatakan, agar saat ini diprioritaskan paling tidak untuk mereka yang belum punya kekebalan sama sekali.
Sehingga, vaksinasi diberikan pada orang sehat, bukan orang sakit.
“Yang harus diberikan dulu ya tentunya yang bisa menolong dulu, dalam hal ini adalah tenaga medis," jelas dia.
"Karena analoginya tenaga medis aman dari infeksi, maka selanjutnya bisa lebih optimal dalam menolong orang lain, termasuk juga menolong untuk mendapatkan kekebalan,” tambahnya.