Densus 88 Tangkap Terduga Teroris
Terduga Teroris di Surabaya Bekerja Jualan Sembako dan Obat Herbal, Mertua: Gak Jualan Macam-Macam
Terduga teroris di Surabaya yang diamankan Densus 88 selama ini dikenal berjualan sembako dan obat-obatan herbal.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Pipin Tri Anjani
Reporter: Luhur Pambudi I Editor: Pipin Tri Anjani
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Bapak dua anak berinisial S (41) yang diamankan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri sebagai terduga teroris, selama ini dikenal berjualan sembako dan obat-obatan herbal.
Ibunda Mertua S, Riyati (62) mengungkapkan, menantunya itu seorang wiraswasta. Sudah sejak lama membuka bisnis toko sembako dan obat-obatan herbal; madu dan susu.
S yang diketahui kelahiran Madiun itu berjualan di sebuah toko di Jalan Simopohan Utara II/4, Simomulyo, Sukomanunggal, Surabaya.
Entah sejak kapan menantunya itu menyewa toko di lokasi tersebut. Setahu dia, toko itu disewa dengan sistem kontrak sejak beberapa tahun lalu, hingga sekarang.
Di dalam ruang tamu kediaman S beserta mertua, istri dan kedua anaknya berusia dibawah lima tahun (balita). Tampak dua buah etalase berbahan kaca berada di sudut ruangan yang berhadapan langsung dengan pintu utama.
Baca juga: Istri Terduga Teroris di Tuban Beberkan Sosok Suami yang Diamankan Densus: Tidak Ada yang Aneh
Baca juga: Densus 88 Sita 2 Kotak Amal di Rumah Terduga Teroris di Surabaya, Istri: Isi Kosong, Buat Tabungan
Di dalam etalase yang berukuran paling besar terdapat berbagai macam obat-obat herbal; botol berisi madu yang tampak masih tersegel wadah kemasannya. Dan sejumlah obat-obat herbal lainnya yang tampak teronggok tak beraturan.
"Enggak jual macam-macam. Ya herbal-herbal ditaruh di rumah. Kalau ada yang pesan diambilkan di rumah; susu kambing," katanya seraya mengarahkan telunjuknya ke arah etalase kaca di depannya, Jumat (2/4/2021).
Terkadang menantunya itu juga menerima pesanan pembelian sembako secara online. Namun kesehariannya, S sekitar pukul 07.00 WIB berangkat untuk membuka tokonya.
Kemudian, sekitar pukul 12.00 WIB, atau saat memasuki waktu ibadah Salat Duhur menantunya itu kembali pulang ke rumah, untuk istirahat.
Hingga pukul 15.00 WIB atau seusai menunaikan ibadah Salat Ashar. S kembali lagi berangkat untuk membuka tokonya. Dan baru tutup sekitar pukul 21.00 WIB.
"Kalau dhuhur pulang. Selesai salat ashar, buka lagi. Kadang sampai jam 21.00 WIB, pulang," tuturnya.
Demikian padatnya agenda keseharian S. Membuat Riyanti meragukan bilamana menantunya itu terlibat kejahatan jenis apa pun, hingga berurusan dengan pihak kepolisian.
Apalagi sampai tergabung dengan kelompok teror berkedok agama dalam format diskusi atau dakwah, yang berorientasi mengancam keamanan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Enggak pernah ada rutinan (kelompok pengajian)," pungkasnya.