Berita Pamekasan

Kisah Siti Rohemah Warga Pamekasan Sebatang Kara Karena Belum Menikah, Kini Tinggal di Rumah Reyot

Siti Rohemah tinggal di sebuah bangunan yang hampir roboh di Dusun Barat, Desa Samatan, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Madura.

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Nenek Siti Rohemah saat di depan rumah reyotnya di Dusun Barat, Desa Samatan, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jumat (4/6/2021). 

Reporter: Kuswanto Ferdian | Editor: Aqwamit Torik

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Kisah pilu dirasakan Siti Rohemah, seorang nenek warga Pamekasan, Madura.

Siti Rohemah mengaku belum pernah menikah selama hidupnya.

Hidupnya juga serba kekurangan.

Ia tinggal di sebuah bangunan yang hampir roboh di Dusun Barat, Desa Samatan, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Madura.

Sudah sekitar 3 tahun nenek berusia 55 tahun itu tinggal di bangunan yang hampir roboh.

Gubuk yang ditinggali Siti Rohemah itu berukuran 5x6 meter.

Baca juga: DPRD Pamekasan Janji Perjuangkan Dana Bagi Hasil Ekplorasi Migas di Tanjung Lebih Besar dari UU

Separuh bangunan yang ia tinggali berdinding tembok dan disangga bambu, sebab kondisinya hampir roboh.

Namun, separuhnya lagi berdinding anyaman bambu.

Rumah yang ditinggali nenek Rohemah ini beratap genting dan sudah tampak bolong-bolong.

Di dalam gubuk reot tersebut, tampak hanya ada kasur tak empuk yang biasa menjadi alas untuk tempat tidur nenek Rohemah.

Sementara, kondisi dapur tempat Rohemah memasak, berada di samping gubuknya.

Di tempat dapur itu hanya ada tungku dan sedikit kayu bakar.

Rohemah mengatakan, jangankan kamar mandi atau jamban, listrik untuk menerangi gubuknya saja ia mengaku tak punya.

Selama ini, untuk penerangan listrik di rumahnya, Rohemah mengaku numpang menyambung dari rumah saudaranya.

Namun beberapa hari lalu, sambungan kabel itu putus akibat tersangkut mobil lewat.

Secara keturunan, Rohemah mempunyai saudara, dan hidup berdampingan.

Tepati, kondisi kehidupan sanak saudaranya tidak jauh beda dengan Rohemah. 

Selama hidup, Rohemah mengaku tinggal sendiri karena tidak pernah menikah.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya, ia bekerja serabutan.

"Jika ada tetangga yang menyuruh kerjaan apa pun, maka saya dapat upah, dari upah tersebut saya bisa makan," cerita Rohemah kepada TribunMadura.com, Jumat (4/6/2021).

"Kalau keinginan banyak, tapi apa daya, buat makan saja, saya masih menunggu upah dari bungkus kerupuk di rumah tetangga," sambungnya.

Sementara itu, Kepala Desa Samatan, M. Tamyis mengaku, sudah melaporkan dan memasukkan data Rohemah ke Dinsos Pamekasan melalui petugas data Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial – Next Generation (SIKS-NG) untuk diajukan dapat bantuan rumah tidak layak huni (RTLH).

Namun, hingga saat ini, Rohemah masih belum dapat bantuan RTLH.

Saat ini, Pemdes bersama BPD Samatan sudah menyiapkan dana sebanyak Rp 5 juta rupiah untuk membantu kebutuhan rehab rumah Rohemah.

"Tentunya nominal itu sudah pasti tidak cukup, untuk membangun rumahnya Rohemah," kata Tamyis.

Menurutnya, Rohemah ini merupakan salah satu warganya yang menerima bantuan BLT-DD selama wabah Covid-19.

Tetapi untuk bantuan lainnya tidak dapat.

Ia berharap Rohemah bisa mendapatkan bantuan dari pihak terkait, supaya bisa memperbaiki gubuknya yang sudah reot.

"Semoga ada rezeki, sehingga Rohemah bisa segera memperbaiki rumahnya sebelum roboh," harapnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved