Berita Tulungagung
Enam Warga Tulungagung Terindikasi Tertular Antraks, Sebelumnya Ada Sapi Mati Terserang Antraks
Sejumlah warga Kabupaten Tulungagung diduga tertular bakteri antraks setelah ada sapi terindikasi mati karena antraks.
Penulis: David Yohanes | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM, TULUNGAGUNG - Sejumlah warga Kabupaten Tulungagung diduga tertular bakteri antraks.
Warga Kabupaten Tulungagung yang diduga tertular antraks merupakan warga di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pagerwojo.
Sebelumnya, ada hewan ternak di desa itu yang mati terindikasi terserang antraks.
Kepala Dinkes Tulungagung, dr Kasil Rokhmat, mengatakan pihaknya turun ke desa setempat bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan.
"Sesuai prosedurnya, karena ada sejumlah hewan yang mati, Dinkes ikut turun untuk memastikan kemungkinan penularan dari hewan ke manusia," terang dr Kasil, Senin (7/6/2021).
Baca juga: Tragedi Maut Jelang Sahur, Dua Pemuda Tulungagung Tewas di Tempat setelah Motornya Menabrak Pohon
Lanjutnya, dari titik-titik kematian sapi, petugas menemukan sekitar enam warga yang mengalami gejala yang sama.
Pada kulit yang terserang penyakit ini ada luka mengering dan tengahnya menghitam keras, seperti batu bara.
Untuk memastikan penyebab penyakit ini, Dinkes mengambil sampel dari luka untuk diuji di laboratorium.
"Ada darah dan cairan luka yang sudah diambil untuk diuji di laboratorium. Hasilnya belum keluar," sambung Kasil.
Sebelumnya Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) juga sudah mengambil sampel sapi yang mati.
Hasil laboratorium menunjukkan sapi itu terindikasi mati karena antraks.
Kini Dinkes menunggu hasil uji sampel luka warga, untuk melihat kesesuaian penyebab.
"Misalnya sapinya meninggal karena A dan warga juga menderita A, berarti ada penularan dari hewan ke manusia," papar Kasil.
Mereka yang terindikasi tertular antraks telah diobati dan diminta membatasi mobilitas.
Mereka adalah peternak yang melakukan kontak dengan hewan, dan warga yang ada di sekitar lokasi meninggalnya warga.
Selain itu Dinkes juga melakukan tracing (pelacakan) pada warga sekitar.
"Serangannya masih tahap ringan, sehingga masih mudah diobati. Mereka sekarang sudah sehat," ungkap Kasil.
Namun Kasil mengingatkan, bakteri antraks bisa menyerang organ lain selain kulit.
Jika menyerang otak, maka bisa menyebabkan kejang dan kematian.
Meski sudah dianggap terkendali, Dinkes masih akan memantau secara rutin hingga satu tahun ke depan.
"Kami akan ikuti enam bulan ke depan, lalu satu tahun kemudian," pungkas Kasil.
Sebelumnya ada 26 ekor sapi dan tiga kambing yang meninggal di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kedungwaru.
Satu sapi terakhir yang diambil sampelnya menunjukkan, sapi tersebut mati karena serangan bakteri antraks.
Sebelumnya kematian banyak hewan ternak sempat membuat warga setelah heboh.
Sebab mereka menduga ada praktik santet di antara warga. (David Yohanes)