Berita Pamekasan
Tengah Viral, Ini Sosok Musfiq Khoir, Warga Pamekasan yang Adu Argumen dengan Wali Kota Eri Cahyadi
Musfiqul Khoir sosok orator Koalisi Masyarakat Madura Bersatu yang adu argumen dengan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Reporter: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah KS
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Viral video orator Koalisi Masyarakat Madura Bersatu yang adu argumen dengan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Banyak warganet yang bertanya perihal siapa sosok pemuda bertubuh gempal itu.
Kala itu, ia lantang menyuarakan perihal keresahan warga Madura mengenai adanya kebijakan penyekatan dam pemberlakuan tes antigen bagi semua pengendara yang melintas di Jembatan Suramadu dari arah Madura menuju Surabaya, sejak 6 Juni 2021.
Sosok orator Koalisi Masyarakat Madura Bersatu itu bernama Musfiqul Khoir.
Berikut data yang dihimpun TribunMadura.com mengenai Musfiqul Khoir.
Baca juga: Cara Membuat SIKM Suramadu, Simak Syarat Dokumen yang Wajib Disiapkan Pelintas Jembatan Suramadu
Musfiqul Khoir akrab disapa Musfiq.
Di kalangan aktivis Pamekasan, pria kelahiran Kabupaten Sumenep itu dijuluki sebagai aktivis kondang yang kerap dipanggil Musfiq Inthegeng.
Sejak tahun 2005, Musfiq tinggal di Kabupaten Pamekasan bersama istrinya.
Riwayat pendidikannya, SDN Campor Barat Dua, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep.
Sedangkan, MTS dan MA, Musfiq menempuh pendidikan di Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan.
Menginjak Sarjana, Musfiq memilih melanjutkan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura
Ia memilih mengenyam ilmu di Fakultas Pendidikan.

Saat ini, Musfiq sedang proses kuliah Magister, di Universitas WR Supratman Surabaya.
Pria kelahiran 12 Agustus 1989 menceritakan, mulai terjun di dunia aktivis sejak 2013.
Kala itu, ia tertarik menggeluti dunia aktivis, bermula dari menjadi anggota di Rayon PMII IAIN Madura.
Menginjak 2014, Musfiq terpilih sebagai Ketua Komisariat PMII IAIN Madura.
Saat terpilih menjadi ketua, semakin membuat dirinya bertekad untuk tetap istikomah menjadi aktivis di Pamekasan.
Sehingga, pada 2015 - 2016 ia melanjutkan menjadi Pengurus Cabang PMII Pamekasan.
"Tahun 2016-2017 saya terus menggeluti dunia aktivis di bidang advokasi masyarakat dan mendirikan lembaga swadaya masyarakat yang bernama LAKIP (Lembaga Kajian Kebijakan Pemerintah) di Pamekasan tahun 2016 - 2018," cerita Musfiq kepada TribunMadura.com, Sabtu (26/6/2021).
Tahun 2019 - 2021, Musfiq terus melanjutkan menjadi aktivis.
Di tahun itu, ia menjabat sebagai Ketua Jaringan Kawal Jawa Timur (Jaka Jatim) wilayah Kabupaten Pamekasan.
Musfiq mengaku suka dengan dunia aktivis karena bisa memperjuangkan keluhan dan keinginan masyarakat.
Berangkat dari gejolak itu, ia termotivasi untuk membela hak rakyat yang tak terpenuhi.
Bapak anak satu ini menyebut tak menyangka bila dirinya akan viral di berbagai media sosial setelah melakukan demonstrasi ke Kantor Wali Kota Surabaya pada Senin 21 Juni 2021.
"Belum menyangka saya akan viral seperti sekarang," ujarnya.
Pria yang sering nongkrong di Warkop Pak Saleh ini juga menceritakan, sebelum berangkat demo ke Surabaya, sekitar pukul 00.00 WIB, ia sempat pamit ke istrinya bahwa akan berjuang menyampaikan aspirasi warga Madura yang resah dengan adanya tes antigen bagi semua pengendara yang melintas di Jembatan Suramadu dari arah Madura menuju Surabaya.
Setelah mendapat restu dari istrinya, lalu Musfiq berangkat dari Pamekasan bersama tiga kawan sesama aktivisnya, di antaranya Faisol Dear, Junaidi Kowek, dan Jatem.
"Saya pukul 03.00 WIB tiba Bangkalan, dan masih istirahat sebentar di sekretariat Koalisi Masyarakat Madura Bersatu. Di sekretariat kami juga bincang-bincang mengenai tuntutan kami ke Wali Kota Surabaya," beber Musfiq.
Menurut Musfiq, demonstrasi yang dilakukan ke Kantor Wali Kota Surabaya beberapa hari lalu itu, murni atas nama membela keresahan warga Madura perihal adanya pemberlakuan tes antigen bagi semua pengendara yang melintas di Jembatan Suramadu dari arah Madura menuju Surabaya.
Saat itu, semua massa aksi yang ikut demonstrasi sepakat untuk tidak membawa nama organisasi dari masing-masing aktivis, melainkan membawa nama warga Madura.
"Waktu itu pengalaman pertama saya demo besar-besaran bersama warga Madura dan bisa berdialog dengan Wali Kota Surabaya secara langsung di muka umum," ujar Musfiq.
Ironisnya, dua hari pasca demo menolak tes antigen di Kantor Wali Kota Surabaya, Musfiq mengaku mendapat ancaman dari oknum yang tak ia kenal.
Menurut dia, setiap gerakan aktivis yang membawa aspirasi masyarakat, pasti ada orang yang suka dan tidak suka.
Hal itu, kata dia wajar dan sering dirasakan oleh kalangan aktivis mengenai ancaman.
"Tapi yang perlu digarisbawahi, aksi yang kami lakukan itu murni ingin menyampaikan aspirasi warga Madura. Dan tidak ada yang menunggangi atau yang membiayai," tegasnya.
Musfiq berjanji, ke depan akan terus mengawal setiap kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah.
Namun, bila ada kebijakan pemerintah yang diterapkan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, ia menegaskan akan turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi.
"Saya akan terus memperjuangkan dan membela hak-hak rakyat selama saya masih bisa berteriak lantang dan berdialog dengan pemangku kebijakan," pungkasnya.