Berita Pamekasan
Pengaktifan Jalur Kereta Api (KA) dan Jalan Tol di Madura Picu Gejolak Sosial yang Berkepanjangan
Pengaktivan kembali jalur kereta api (KA) akan menimbulkan dampak sosial yang tinggi dan gejolak di masyarakat yang berkepanjangan.
Penulis: Muchsin Rasjid | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN – Rencana pemerintah mengaktifkan kembali jalur kereta api (KA) di Madura dan pembangunan jalan Tol Trans Madura, bukan merupakan solusi terbaik dalam mengatasi kemacetan di sejumlah titik di Madura.
Malah sebaliknya, pengaktivan kembali jalur KA akan menimbulkan dampak sosial yang tinggi dan gejolak di masyarakat yang berkepanjangan.
Begitu juga pembangunan Tol Trans Madura, untuk saat ini masih belum waktunya, karena memiliki dampak yang kompleks pada masyarakat yang dilintasi Tol Trans Madura.
Ketua Lembaga Pusat Penelitian dan Pengembangan Madura (LP3M), Suroso kepada TribunMadura.com, Minggu (5/9/2021) mengatakan, baik jalur KA maupun Tol Trans Madura, saat ini tidak diperlukan. Karena masalah transportasi itu bukan kebutuhan yang mendesak bagi masyarakat Madura.
“Menghidudpkan kembali jalur KA di Madura ini seperti mimpi lama dan bukan pilihan yang tepat yang tidak pernah berujung. Sebab mengaktifkan kembali rel KA bukan sesuatu yang mudah. Apalagi alasannya hanya untuk mengatasi beberapa titik kemacetan di Madura ini,” kat Suroso.
Menurut Suroso, rel KA yang membentang di Madura ini, sebagian besar sudah terimbun di dalam tanah dan sebagian lagi hilang.
Jika itu pun ada, hanya tinggal sedikit dan tidak mungkin bisa dipakai lagi, sehingga perlu diremajakan.
Begitu juga beberapa stasiun KA sudah tidak ada beralih fungsi.
Selain itu, di atas rel KA yang tertanam itu sudah beridiri puluhan ribu rumah warga dan pertokoan. Jika rela KA itu dihidupkan lagi, maka akan menggusur ribuan rumah dan pertokoan yang berdiri di atas rel KA. Sehingga hal ini akan menimbulkan gejolak yang tidak bisa dihindari.
Diungkapkan, pembangunan Tol Trans Madura, membutuhkan banyak lahan. Hal ini juga memicu persoalan serius bagi masyarakat Madura, karena berubungan dengan lahan.
Sebab kepemilikan lahan di Madura relative kecil.
Sehingga mengurangi lahan pertanian.
Termasuk pula menjauhkan sektor hasil usaha kecil yang selama ini di jual di pasar tradional dan tempat tertentu pula
“Kami menilai sebagian besar warga Madura tidak akan memanfaatkan Tol Trans Madura, karena pendapatan masyarakat Madura rendah. Apalagi kabarnya tol itu akan dibangun di kawasan poros utara. Baik pengaktifan kembali rel KA maupun pembangunan tol sudah melalui studi kelayakan yang independe oleh orang-orang yang ahli tanpa pesan sponsor. Tanpa ada presentasi ke masyarakat di empat kabupaten ini, tiba-tiba rel KA dan Tol akan dibangun,” ungkap Suroso.
Dijelaskan, beberapa titik yang dianggap menjadi biang kemacetan di poros selatan selama ini, terdapat tujuh lokasi. Semuanya merupakan pasar tradisional. Seperti di Bangkalan, yakni Pasar Patemon, Pasar Tanah Merah, Pasar Galis, Pasar Blega. Kemudian di Sampang, hanya satu yakni di pasar ikan di Tanjung. Selanjutnya untuk Pamekasan, Pasar Keppo, Larangan dan di Sumenep, Pasar Prenduan.