Berita Banyuwangi
Puluhan Siswa SD di Banyuwangi ini Belajar di Masjid, Tak Bisa ke Sekolah Karena Jembatan Ambruk
Sejumlah siswa SD di Banyuwangi ini terpaksa harus bersekolah di masjid karena tidak bisa belajar di sekolahnya.
Penulis: Haorrahman Dwi Saputra | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM, BANYUWANGI - Siswa SDN 7 Tegalharjo Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, terpaksa harus bersekolah di masjid.
Kondisi ini disebabkan Jembatan Carangan di Kecamatan Glenmore yang biasa digunakan para siswa menuju sekolah mereka ambruk.
Pemkab Banyuwangi merespons kondisi tersebut dengan segera melakukan pembangunan jembatan.
Tak hanya itu, Pemkab Banyuwangi juga mengupayakan gedung alternatif bagi siswa SDN 7 Tegalharjo yang terdampak.
“Untuk sementara sambil menunggu perbaikan jembatan, 46 siswa dari SDN 7 Tegalharjo akan difasilitasi belajar di Kantor Kecamatan Glenmore," kata Plt Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno, Jumat (26/11/2021).
"Ruang belajarnya akan disediakan di aula kantor kecamatan, ruang pertemuan, hingga rumah dinas camat," sambung dia.
"Sabtu besok (27/11/2021), mereka bisa mulai belajar di kantor kecamatan, sampai akses jalannya tersambung kembali,” lanjutnya.
Jembatan Carangan yang menghubungkan Dusun Gunungkrikil, Desa Tegalharjo dengan Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore ambruk diterjang arus deras sungai akibat hujan deras pada, Kamis (18/11/2021).
Ambruknya jembatan yang menghubungkan akses kedua desa tersebut, menyebabkan jalannya pembelajaran di SDN 7 Tegalharjo terganggu.

Gedung sekolah SDN 7 Tegalharjo sendiri berada di Desa Karangharjo yang terletak di ujung barat jembatan, sementara mayoritas siswa berada di wilayah Desa Tegalharjo.
Karena akses lewat jembatan terputus, sebanyak 46 siswa sekolah tidak bisa belajar di sekolah.
Untuk sementara, mereka terpaksa belajar di masjid, karena untuk menuju sekolah mereka harus mengambil jalan alternatif yang jauhnya 3 km lebih.
Bagi 5 siswa yang rumahnya di Dusun Gunungkrikil, Desa Tegalharjo, akan tetap belajar di sekolah mengingat akses mereka menuju sekolah tidak terganggu.
“Siswa yang tinggal di Dusun Gunungkrikil ada 5 siswa. Kebetulan di situ ada satu guru, beliau lah yang akan mengawal siswanya,” kata Suratno.
Suratno memastikan, gedung alternatif untuk menampung para siswa SD ini sudah memenuhi kelayakan untuk digunakan proses pembelajaran.