Berita Viral

Dulu Ketiban Durian Runtuh, Kampung Miliarder di Tuban Diliput Nestapa, Warga Menyesal Jual Tanahnya

Warga kampung miliarder di Tuban menyesal telah menjual tanahnya untuk proyek kilang minyak pertamina grass root refinery (GRR).

Penulis: Ayu Mufidah | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA.COM/M SUDARSONO
Cerita warga kampung miliarder di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, menyesal jual lahannya 

TRIBUNMADURA.COM, TUBAN - Nasib pilu dialami warga kampung miliarder di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

Seolah dibalikkan keadaan, kondisi warga kampung miliarder memprihatinkan.

Tahun lalu, warga Kecamatan Jenu sempat menghebohkan dunia maya.

Mereka menjadi viral setelah membeli mobil-mobil mewah.

Para warga kaya mendadak setelah menjual tanahnya untuk proyek kilang minyak pertamina grass root refinery (GRR).

Ada enam desa yang menjual lahan dalam proyek itu, yakni Desa Wadung, Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu.

Seolah ketiban durian runtuh, para warga di enam desa itu menjadi miliarder.

Baca juga: Nestapa Kampung Miliarder yang Viral di Tuban, Kini Rela Jual Sapi Demi Dapat Sesuap Nasi

Namun, kebahagiaan para warga kampung miliarder tak berlangsung lama.

Kakek Musanam misalnya. Warga Desa Wadung itu mengaku menyesal telah menjual tanah dan rumahnya ke PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP).

Kini kakek yang berusia 60 tahun itu sudah tidak lagi memiliki penghasilan tetap, sebagaimana setiap masa panen.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia terpaksa harus menjual sapi ternaknya.

"Sudah tak jual tiga ekor untuk makan dan kini tersisa tiga," ujarnya di sela-sela aksi demo warga kampung miliarder, Senin (24/1/2022).

Hal lain juga disampaikan Mugi (60), warga kampung miliarder lainnya.

Penampakan mobil di halaman rumah warga kampung miliarder di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.
Penampakan mobil di halaman rumah warga kampung miliarder di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. (TRIBUNMADURA.COM/M SUDARSONO)

Setelah menjual tanah seluas 2,4 hektare ke perusahaan plat merah tersebut, kini ia kesulitan mendapatkan penghasilan setiap panen.

Jika biasanya bisa mendapat Rp 40 juta saat panen, ia sekarang sudah tak lagi mendapat hasil tersebut.

"Dulu lahan saya tanami jagung dan cabai, setiap kali panen bisa menghasilkan Rp 40 juta," katanya.

"Kini tak lagi memiliki penghasilan, setelah menjual lahan," ungkapnya.

Baca juga: Nasib Mantan Karyawan Perusahaan Dipenjarakan Bosnya Sendiri, Dilaporkan Gelapakan Dana Kantor

Ia juga bercerita, lahan miliknya dijual sekitar Rp 2,5 miliar.

Kemudian, uangnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sisanya ia tabung.

Mugi mengingat, dulu sering didatangi pihak Pertamina saat berada di sawah agar mau menjual lahan.

Segala bujuk rayu pun ditawarkan, termasuk tawaran pekerjaan untuk anaknya.

Namun hingga kini, tawaran tersebut tak pernah terealisasi.

Aksi unjuk rasa di kilang pertamina GRR Tuban, Senin (24/1/2022)
Aksi unjuk rasa di kilang pertamina GRR Tuban, Senin (24/1/2022) (TRIBUNMADURA.COM/M SUDARSONO)

"Dulu saya didatangi pihak pertamina agar mau jual lahan, janji diberi pekerjaan anak-anak saya tapi tidak ada sampai sekarang," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, aliansi warga enam desa berunjuk rasa di kilang minyak pertamina grass root refinery (GRR), Senin (24/1/2022).

Sekitar 100 massa yang melibatkan karang taruna enam desa di wilayah ring perusahaan itu untuk menyoal PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) yang dinilai tidak kooperatif.

Dampaknya, para pengunjuk rasa membawa lima tuntutan saat aksi yang ditujukan pada perusahaan patungan Pertamina dan Rosneft asal Rusia.

Korlap aksi, Suwarno mengatakan, ada lima tuntutan dari masyarakat ring perusahaan.

Pertama, memprioritaskan warga terdampak terkait rekrutmen security (keamanan, red).
terdampak.

Kedua, semua vendor yang ada di pertamina di dalam rekruitmen tenaga kerja harus berkoordinasi dengan desa.

Ketiga, sesuai dengan janji dan tujuan pembangunan, pertamina harus memberi kesempatan dan edukasi terhadap warga terdampak.

Keempat, jika pertamina bisa mempekerjakan pensiunan yang notabennya usia lanjut, mengapa warga terdampak yang harusnya diberdayakan malah dipersulit untuk bekerja dengan dalih pembatasan usia.

Kelima, keluarkan vendor maupun oknum di lingkup project pertamina yang tidak pro terhadap warga terdampak.

"Aksi ini adalah buntut dari ketidak terbukaan pertamina terhadap desa di ring perusahaan, kita mendesak tuntutan direalisasikan," ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), Kadek Ambara Jaya mengatakan, pihak perusahaan berkomitmen tinggi untuk proaktif melibatkan tenaga lokal dalam proses pembangunan Kilang GRR Tuban.

Hingga Land Clearing Tahap ke-3 yang diselesaikan pada tahun 2021 lalu, kilang GRR Tuban telah melibatkan lebih dari 300 pekerja, di mana 98 persen di antaranya adalah warga lokal sekitar proyek.

"Pelaksanaan pekerjaan land clearing tahap ke-1 hingga ke-3 sendiri telah melibatkan lebih dari 600 warga sekitar proyek," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (25/1/2022).

Kadek menjelaskan, lebih jauh lagi perekrutan tenaga kerja dilakukan dengan memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan, serta ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

PRPP dan Pertamina Project GRR berkomitmen merekrut pekerja yang memenuhi persyaratan dan memenuhi kompetensi yang diperlukan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku didukung oleh PT Pertamina Training & Consulting (PTC).

"Penunjukkan PTC didasari agar proses rekrutmen dapat dilakukan secara transparan, independen dan bebas dari intervensi manapun," pungkasnya.

Sekadar diketahui, kilang GRR Tuban merupakan salah satu dari proyek pengembangan kilang yang dikelola Pertamina melalui Pertamina Project GRR Tuban maupun PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP).

Pada tahun 2022, PRPP fokus melanjutkan penyelesaian desain teknis (Front-End Engineering Design/FEED).

Per tanggal 31 Desember 2021, penyelesaian kegiatan ini telah mencapai 66,43 persen atau lebih cepat dari target yang dicanangkan di awal tahun 2021 sebesar 59,44  persen.

Mengingat Kilang GRR Tuban nantinya akan menjadi salah tonggak kemandirian energi yang nantinya menyokong distribusi energi di Indonesia, pihak perusahaan akan terus menjalin sinergi termasuk dengan tenaga kerja lokal guna melanjutkan proyek GRR Tuban secara On Time, On Budget, On Specification, On Return, On Regulation (OTOBOSOROR).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved