Berita Tuban

Tak ada Lahan yang Digarap di Kampung Miliarder di Tuban, Warga Pilih Jual Sapi untuk Sehari-Hari

Kisah lain juga datang dari Warsono (44), warga Dusun Tadahan, Desa Wadung, Kecamatan Jenu, juga jual sapi demi bertahan hidup

Penulis: Mohammad Sudarsono | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/Muhammad Sudarsono
Warga Kampung Miliarder di Tuban yang curhat mengenai hidupnya pasca banyak warga jual lahannya 

TRIBUNMADURA.COM, TUBAN - Julukan Kampung Miliarder di sebuah wilayah di Tuban memang sempat viral tahun lalu.

Namun, kini sebagian warganya yang dulu tak mempunyai lahan untuk dijual justru terkatung-katung akibat tak ada lahan yang bisa digarap.

Banyak dari warga yang rela menjual hewan ternak mereka demi bisa bertahan hidup.

Warga juga membandingkan situasi sebelum wilayah itu dijuluki Kampung Miliarder.

Tak hanya Musanam (60), warga kampung miliarder Desa Wadung yang menjual sapi untuk bertahan hidup.

Kisah lain juga datang dari Warsono (44), warga Dusun Tadahan, Desa Wadung, Kecamatan Jenu, juga melakukan hal sama.

Baca juga: Dulu Viral Kampung Miliarder di Tuban, Dapat Rp 2,5 Miliar, Kini Bingung Bisa Kerja Dari Mana

Dari 5 ekor sapi yang dimiliki, ia sudah menjual satu ekor untuk bertahan hidup.

Pasalnya, ia sudah tidak lagi bekerja sebagai petani yang setiap hari bisa diharapkan untuk mendapatkan rupiah.

"Sudah satu sapi saya jual," kata Warsono ditemui di lahan kosong, Selasa (25/1/2022).

Sebelum ada pembebasan lahan Pertamina Grass Root Refinery (GRR) setahun lalu, ia selalu bertani ikut orang lain yang memiliki lahan.

Namun setelah lahan dijual ke perusahaan minyak plat merah, lahan itu sudah tidak boleh dikelola.

Ia sempat bekerja pada pembersihan lahan (land clearing) dua kali kontrak, pertama 9 bulan lalu dilanjutkan 8 bulan ke depan, setelah kontrak berakhir kini menganggur.

"Kalau tidak bertani nganggur sekarang, rencana besok mau masuk di pekerjaan land clearing lagi sama Pertamina," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, kisah warga kampung miliarder di Kecamatan Jenu, belum selesai.

Setelah mendapat ganti rugi penjualan lahan untuk proyek kilang minyak pertamina grass root refinery (GRR) di kecamatan setempat, kini kabar tak mengenakkan datang.

Hal itu diketahui saat unjuk rasa warga enam desa di ring perusahaan patungan Pertamina dan Rosneft asal Rusia, Senin (24/1/2022).

Di antaranya Desa Wadung, Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu.

Seorang lelaki tua, Musanam, warga Desa Wadung, mengaku menyesal telah menjual tanah dan rumahnya ke PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) setahun lalu.

Kini kakek yang berusia 60 tahun itu sudah tidak lagi memiliki penghasilan tetap, sebagaimana setiap masa panen.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, iapun terpaksa harus menjual sapi ternaknya.

"Sudah tak jual tiga ekor untuk makan dan kini tersisa tiga," ujarnya di sela-sela aksi demo.

Sekadar diketahui, kilang GRR Tuban merupakan salah satu dari proyek pengembangan kilang yang dikelola
Pertamina, melalui Pertamina Project GRR Tuban maupun PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), yang berada di Desa Sumurgeneng, Wadung dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu.

Di tahun 2022, PRPP fokus melanjutkan penyelesaian desain teknis (Front-End Engineering Design/FEED) di mana per tanggal 31 Desember 2021 penyelesaian kegiatan ini telah mencapai 66,43% atau lebih cepat dari target yang dicanangkan di awal tahun 2021 sebesar 59,44%.

Mengingat Kilang GRR Tuban nantinya akan menjadi salah tonggak kemandirian energi yang nantinya menyokong distribusi energi di Indonesia, pihak perusahaan akan terus menjalin sinergi termasuk dengan tenaga kerja lokal guna melanjutkan proyek GRR Tuban secara On Time, On Budget, On Specification, On Return, On Regulation (OTOBOSOROR).(nok)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved