Berita Surabaya
Covid-19 di Kota Surabaya Tembus 5 ribu Kasus, PTM di SD-SMP Mulai Dikurangi, Ini Kata Cak Eri
Peraturan ini diterapkan karena jumlah kasus aktif Covid-19 di Kota Pahlawan terus meningkat setiap harinya, jumlah kasus mencapai 5.275 kasus
Penulis: Bobby Koloway | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Pemkot Surabaya kembali menurunkan persentase pembelajaran tatap muka (PTM) di SD dan SMP. Setelah sebelumnya PTM dilakukan dengan 50 persen, kini persentase diturunkan menjadi 25 persen dengan protokol kesehatan (prokes) ketat.
Peraturan ini diterapkan karena jumlah kasus aktif Covid-19 di Kota Pahlawan terus meningkat setiap harinya. Hingga Minggu (20/2/2022), jumlah kasus positif mencapai 5.275 kasus.
Dengan penurunan persentase PTM, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi optimistis penularan Covid-19 bisa diantisipasi. Khususnya, untuk kluster sekolah.
Menurut dia, aturan ini disesuaikan dengan pedoman Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) tentang pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3.
"Selain menerapkan PTM sebesar 25 persen, tapi juga percepatan vaksinasi secara berkala. Jadi apa yang diatur di dalam inmendagri, maka kita ikuti sesuai levelnya, Insya Allah cepat pulih lah Kota Surabaya,” kata Cak Eri Cahyadi, Minggu (20/2/2022).
Baca juga: Dinas Pendidikan Kabupaten Bangkalan, Berlakukan 50 persen PTM, Buntut Penerapan PPKM Level 3
Nantinya mekanisme PTM 25 persen itu diterapkan dengan cara sama seperti PTM 50 persen. Setiap sekolah SD maupun SMP, akan menyesuaikan jumlah siswa di setiap kelas.
"Dari 50 persen, nanti tinggal dikurangi 25 persen dari jumlah siswanya. Masuknya bisa satu sampai dua kali dalam seminggu. Nanti kita koordinasikan dengan guru-guru,” jelasnya.
Dinas Pendidikan Surabaya pun telah berdiskusi dengan pakar epidemiologi dan Persatuan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi). Mereka membahas soal pelaksanaan PTM.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh menjelaskan, jika di dalam kelas ada 30 siswa, itu dibagi dua shift bagian. Masing-masing menjadi 15 orang siswa.
Sebanyak 15 siswa melaksanakan PTM dan lainnya mengikuti pembelajaran secara hybrid di rumah. “Kemarin kan 100 persen dua shift, 50 persen hybrid sebagian PTM. Nah yang ini 50 persen dua shift, yang hybrid menyesuaikan. Jadi kita perkecil lagi,” jelas Yusuf.
Pihaknya saat ini masih berkoordinasi dengan wali murid dan kepala sekolah. Sebab, pelaksanaan PTM harus ada persetujuan dari berbagai pihak.
“Kemarin (17/2/2022) sudah berlangsung. Jadi kepala sekolah harus koordinasi dengan wali murid, kalau orang tua mengizinkan maka nanti akan masuk PTM yang 25 persen, sisanya hybrid,” pungkasnya. (bob)