Berita Bangkalan
BMKG Bekali Nelayan Bangkalan dengan Aplikasi Prediksi Cuaca dan Lokasi Ikan Berkumpul
Sistem INA-WIS yang aplikasinya bisa diunduh melalui android itu memuat petunjuk titik koordinat ikan-ikan berkumpul.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Sedikitnya 100 nelayan dari sejumlah kawasan pesisir di Kabupaten Bangkalan berkumpul di Pendapa Pratanu Pemkab Bangkalan, Senin (14/3/2022). Mereka akan disekolahkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya selama tiga hari ke depan.
Kepala Deputi Bidang Meteorologi Maritim BMKG Perak, Surabaya, Guswanto mengungkapkan, pembekalan melalui Sekolah Lapang Cuaca Nelayan sebagai upaya mewujudkan nelayan dengan hasil tangkaan meningkat dan aman berbasis informasi cuaca maritim.
“Sehingga para nelayan bisa melaut dengan aman, mampu memperlajari informasi cuaca maritim terkait ketinggian geombang, arah mata angin, dan lebih efektif dalam melaut karena hemat bahan bakar,” ungkap Guswanto.
Dalam kesempatan menimba ilmu selama tiga hari itu, lanjutnya, BMKG Perak Surabaya juga akan membekali para nelayan dengan sistem informasi cuaca maritime interaktif yakni, Indonesian Weather Information for Shipping (INA-WIS).
Sistem INA-WIS yang aplikasinya bisa diunduh melalui android itu memuat petunjuk titik koordinat ikan-ikan berkumpul. Lokasi ikan tangkapan berkumpul bisa dilihat melalui peta pada aplikasi tersebut.
“Itu kami sebut juga dengan ground fishing, ada di aplikasi INA-WIS BMKG. Para nelayan tidak lagi melaut dengan sistem berburu seperti dulu, tetapi menghampiri lokasi-lokasi ikan berkumpul melalui aplikasi itu,” jelas Guswanto.
Disinggung terkait keterbatasan signal telekomunikasi yang bisa mempengaruhi fungsi aplikasi ketika digunakan para nelayan di tengah laut, Guswanto mengaku pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) maupun pihak Telkom.
Ia memaparkan, komunikasi di tengah laut hanya mampu dilakukan dengan sistem telekomunikasi melalui satelit yang biasa disebut Inmarsat. Suatu layanan telekomunikasi berupa telepon tanpa kabel yang menempatkan Base Transceiver Station (BTS) nya di udara. Sehingga memiliki jangkauan lebih luas dibanding telepon berbasis GSM yang menempatkan BTS nya di udara.
“Teknologi Inmarsat cukup mahal. Kami telah telah berkomunikasi dengan BRIN dan Telkom tentang bagaimana bisa meningkatkan fungsi gelombang radio. Sehingga jangkauannya lebih jauh, gelombang radio pantai bisa dimaksimalkan antara 70 Km hingga 90 Km dari daratan,” paparanya.
Selama tiga hari pembekalan itu, lanjut Guswanto, BMKG Perak Surabaya bersama Pemkab Bangkalan akan membiayai dan memfasilitasi para nelayan dengan uang transport, makan, kaos, hingga snack.
“BMKG mencoba untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan namun tidak bisa diberikan dengan uang tunai seperti halnya BLT. Tetapi membantu dengan mempermudah nelayan dalam upaya meningkatkan hasil tangkap ikan dan bisa mengantisipasi cuaca buruk demi keselamatan saat melaut,” pungkasnya.
Data yang dihimpun Surya dari Dinas Perikanan Kabupaten Bangkalan, total jumlah masyarakat nelayan mencapai 7.000 orang. Beberapa di antaranya sudah tergabung dalam 158 kelompok nelayan.
Bupati Bangkalan, R Abdul Latif Amin Imron (Ra Latif) berharap para nelayan mampu memanfaatkan kesempatan Sekolah Lapan Cuaca. Sehingga ketika pergi melaut mampu membaca perkembangan cuaca di tengah laut sebagai upaya mengantisipasi resiko terburuk.
“Saya berharap kegiatan seperti ini bisa berlanjut di masa-masa mendatang. Nelayan nantinya tidak lagi berburu ikan namun mendatangi titik-titik lokasi ikan berkumpul melalui alat deteksi INA-WIS BMKG. Sehingga perolehan terus meningkat sekaligus menekan resiko terburuk saat berada di tengah laut,” singkat Ra Latif.
Selain Ra Latif, hadir pula Anggota Komisi V DPR RI Fraksi PKB Dapil XI Madura, H Syafiuddin. Ia menilai, BMKG selaku mantra kerja Komisi V tidak ingkar janji dengan tergelarnya program Sekolah Lapang Cuaca Nelayan di Kabupaten Bangkalan.
“Alhadulillah, kami telah bersepakat pada APBN 2022 terkait anggaran khusus untuk edukasi atau pelatihan-pelatihan seperti ini. Jadi BMKG tidak hanya sebatas dengan kegiatan ‘meramal’ cuaca atau menjadi ‘pawang’ cuaca,” ungkap H Syafi dengan nada bercanda.
Ia mengapresiasi BMKG yang juga memberikan ruang kepada masyarakat Kabupaten Bangkalan dan Sumenep, khususnya masyarakat nelayan untuk menjadi bagian dalam program Sekolah Lapang Cuaca Nelayan.
“Kami bersama Bapak Bupati Bangkalan, sebagai warga pribumi Bangkalan tentu berharap daerah kami diprioritaskan. Dari 4 titik di Jawa Timur khusus pelatihan ini, dua titik di antaranya ada di Madura. Berarti BMKG sudah betul-betul memprioritaskan Madura, bentuk perhatian kepada masyarakat nelayan dan petani,” pungkas H Syafi. (edo/ahmad faisol)