Berita Bangkalan

Rakyat Mulai Resah dalam Menuangkan Kritik, Ini Kata Rois Syuriah PBNU KH Imam Bukhori Cholil

Keresahan masyarakat tumpah tidak terbendung setelah harga minyak goreng kemasan di Kabupaten Bangkalan terus melambung hingga kini menembus Rp 50ribu

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM/AHMAD FAISOL
Anggota Komisi V DPR RI Fraksi PKB Dapil XI Madura, H Syafiuddin bersama Rois Syuriah PBNU, KH Imam Buchori Cholil dalam Kundapil II yang dikemas dengan tema ‘Ngopi’ atau Ngolah Pikiran di Ponpes Ibnu Cholil, Jalan Raya Halim Perdana Kusuma, Kota Bangkalan, Senin (21/3/2022) malam 

?Namun ini merupakan sebuah tanggung jawab kita bersama, bukan berarti pemerintahan di Bangkalan yang ada sekarang jelek, tidak. Bisa jadi pemerintahan di Bangkalan menunggu respon masyarakat,” terangnya.

Namun, Ra Imam menilai kondisi stagnan di Kabupaten Bangkalan seperti saat ini akan menempatkan generasi muda Bangkalan pada posisi yang sulit dengan berbagai permasalahan yang harus ditanggung.

“Generasi-generasi muda, anak-cucu kita yang akan mengganti posisi kita di masa mendatang akan terbebani dengan PR (pekerjaan rumah) yang cukup banyak. Sekarang kita duduk bersama dalam kesempatan ‘Ngopi’ ini, bagaimana menentukan langkah-langkah solutif untuk Bangkalan di masa mendatang,” pungkas Ra Imam.

Sementara Anggota Komisi V DPR RI Fraksi PKB Dapil XI Madura, H Syafiuddin menambahkan, Bangkalan dan Madura pada umumnya bagi sejumlah negara maju merupakan kawasan primadona dengan kekayaan sumber daya alam melimpah berupa migas dan uranium.

“Selain migas, masyarakat di Kecamatan Geger, Konang, dan Kokop (Kabupaten Bangkalan) secara tidak sadar berdiri di atas kandungan melimpah uranium, bahan tenaga nuklir. Jadi, masyarakat di tiga kecamatan itu jangan mudah tergoda untuk melepas lahannya,” pesan H Syafiuddin.

Karena itu, lanjut Ketua DPC PKB Bangkalan itu, masyarakat Bangkalan dan Madura pada umumnya harus memperjuangkan kepentingan pendidikan anak-cucu. Sehingga generasi Madura di masa mendatang tidak menjadi penonton di ‘rumah’ sendiri.

“Kirim anak-cucu kita ke pondok pesantren setelah itu kuliahkan. Sehingga Madura di masa mendatang dipenuhi generasi emas yang akan menjadi penentu keberlangsungan pembangunan di wilayahnya sendiri,” pungkas politisi kelahiran Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan itu. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved