Berita Sampang

Dari Diejek Teman hingga Dikira Sampah, Jerih Payah Lulusan MTs asal Sampang Terbitkan Buku Terbayar

Mengapa tidak, meski hanya lulusan MTS, pria berkaca mata itu sudah menerbitkan buku berjudul Sengat Sajak Labiri

Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Samsul Arifin
TribunMadura.com/Hanggara Pratama
Slamet warga Desa Kara, Kecamatan Trorjun Kabupaten Sampang, Madura menunjukkan buku hasil karyanya, Senin (16/5/2022). 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Hanggara Pratama

TRIBUNMADURA.COM, SAMPANG - Cinta dalam hal menulis tertanam dalam jiwa Slamet, seorang pria asal Desa Kara, Kecamatan Trorjun Kabupaten Sampang, Madura.

Mengapa tidak, meski hanya lulusan MTS, pria berkaca mata itu sudah menerbitkan buku berjudul Sengat Sajak Labiri.

Buku tersebut ia sebut temu karya puisi lantaran berjenis antologi puisi yang didalamnya terdapat sejumlah karya penulis lainnya.

Kegemarannya dalam menulis ia mulai dengan menulis cerita kehidupannya dan syair pada buku kosong, sehingga tak terhitung lembaran yang sudah di coretnya. 

Hanya saja lembaran yang berisi cerita kehidupannya lenyap terbakar karena ibunya mengira lembaran tersebut adalah sampah.

Baca juga: Penyerahan SK Belum Terjadwal, Guru yang Lolos PPPK Tahap Ke 2 di Sampang Harus Bersabar

Kumpulan Berita Lainnya seputar  Sampang

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

"Tapi untuk buku kumpulan syair masih selamat, meski ada beberapa syair yang ikut terbakar," ujarnya.

Di sisi lain, saat duduk di bangku sekolah MTS, hasil tulisan Slamet pernah dituduh menjiplak oleh teman-temannya, termasuk gurunya.

Bahkan, banyak diatara teman-temannya berkata tidak ada gunanya menulis, mengingat dirinya tidak akan melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.

Akan tetapi selamet bertekat untuk tidak mendengarkan celotehan tersebut, dan ia semakin merawat kegemarannya menulis. 

"Semakin dilarang untuk menulis, semakin terbakar keinginan saya dalam hal menulis," tegasnya.

Sebelum berhasil menerbitkan buku, Slamet mengaku selalu menikmati hasil tulisannya dengan membacanya sendiri, mengingat kala itu belum memiliki relasi untuk menerbitkan karya tulisnya.

Hingga akhirnya, dirinya bertemu dengan Fausi, seorang pecinta budaya asal Desa Plakaran Kecamatan Jrengik, Sampang.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved