Sejarah

Keris Pembawa Keberuntungan ini Sakti, Tapi Bikin Pemilik Nestapa Tujuh Turunan, ada Sumpah Keramat

Sang pemilik yaitu Ken Arok harus menerima kenyataan dirinya dibunuh oleh anaknya sendiri akibat keramatnya keris tersebut

Editor: Aqwamit Torik
Istimewa/TribunMadura.com
Ilustrasi keris 

Cara berpuasa sebelum proses pembuatan keris pun bermacam-macam, ada yang mutih, ngebleng atau tidur sekali sehari semalam, artinya kalau sudah nglilir (terbangun), meski baru tidur sejam, tidak boleh tidur lagi.

Lamanya berpuasa pun tidak bisa ditentukan, ada yang hanya seminggu, bahkan sampai 40 hari, tergantung jatuhnya ‘pertanda’, dhawuh atau wisik yang diterima empu untuk memulai pembuatan keris.

Saat sang empu melakukan penempaan besi pertama kalinya, tidak boleh dilihat oleh orang lain.

Sebelum mengawali pembuatan keris, maka seorang empu terlebih dulu memilih tosan (besi) dan baja yang disesuaikan dengan ukuran, berat serta model (tangguh atau toya) keris.

Ilustrasi kerajaan Singasari dan patung sosok Ken Arok yang terkenal dengan kisah keris Mpu Gandring
Ilustrasi kerajaan Singasari dan patung sosok Ken Arok yang terkenal dengan kisah keris Mpu Gandring (Wikipedia.org)


Untuk pamornya atau hiasan pada bilah keris, diperlukan nikel dengan berat masing-masing model keris yang berbeda.

Setelah melalui proses yang cukup rumit, sebuah keris batus dan bertuah baru bisa selesai minimal empat bulan, sesuai pula dengan suasana hati si empu.

Meski sosok keris bisa dikatakan sudah jadi, si empu masih harus memeriksa secara teliti, apakah sudah sempurna atau belum.

Lalu, proses selanjutnya adalah giliran mranggi (tukang membuat sarung keris/warangka) dan kemasan (membuat dan menghias pendok) yang bekerja melengkapi penampilan sebuah keris.

Keris yang utuh, lengkap dengan warangka pendok, dan asesorinya bisa dikatakan hasil dari kerja kreatif banyak tangan, tentu saja wujuh olahrohani sang empu kalau keris itu bertuah.

‘Keris gagal’ pembawa malapetaka

Keris Mpu Gandring yang salah kedaden atau ‘keris gagal’ ini adalah pesanan Ken Arok, yang sebenarnya salah seorang tokoh penyamun, menurut brahmana Lohgawe, adalah titisan wisnu.

Ken Arok memesan keris kepada Mpu Gandring hanya dalam waktu satu malam saja, yang adalah pekerjaan mustahil dilakukan oleh para empu pembuat keris pada masa itu.

Namun, Mpu Gandring menyanggupinya dengan kekuatan gaib yang dimilikinya, bahkan kekuatannya itu ‘disalurkan’ ke dalam keris buatannya untuk menambah kesaktian keris itu.

Setelah selesai bentuk dan wujudnya yang sempurna, bahkan memiliki kemampuan supranatural, Mpu Gandring bermaksud menyelesaikan pekerjaannya untuk membuat sarung keris tersebut.

Namun, belum selesai sarung itu dibuat, Ken Arok datang mengambilnya karena menurutnya sudah satu hari.

Halaman
123
Sumber: Intisari
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved