Berita Madura
Ngambek Ponselnya Diambil Guru, Pelajar SMA Panjat Genting Sekolah, Polisi Beri Pengakuan Berbeda
Beruntung, siswa itu tak melompat dari atas genting sekolahnya setelah berhasil dievakuasi oleh anggota Polri dan BPBD Pamekasan.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Aqwamit Torik
Sementara, keseharian J di sekolahnya dikenal sebagai anak yang suka bergaul.
"Kata teman akrabnya yang sejak SMP, sebelum kecelakaan dan setelah kecelakaan itu mengalami perbedaan," ungkap Kepala Sekolah J.
Kepala Sekolah J juga membantah, jika naiknya J ke atas genting sekolah ini lantaran ngambek Hpnya dirampas oleh gurunya.
"Dia naik ke atas genting itu karena tidak sadar, tahu-tahu setelah di atas genting dia bingung," paparnya.
Penuturan Kepala Sekolah J, sewaktu siswa tersebut naik ke atas genting, di dalam kelasnya masih berlangsung pembelajaran.
Dimungkinkan J pamit keluar ke guru kelasnya untuk ke kamar mandi, namun justru naik ke atas genting sekolah.
"Menjelang istirahat itu yang naik. bisa saja di pamit keluar kelas mau ke kamar mandi. Kemungkinan dia naik dari tangga karena dua lantai," tutupnya .
Sementara itu, Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam menyampaikan pesan penting kepada guru di daerahnya.
Pesan tersebut diungkapkan untuk mendorong kualitas sumber daya manusia (SDM) unggul masa depan.
Menurutnya, guru harus mempunyai niat tulus dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik, tugas pendidik tidak sekadar melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
Melainkan yang lebih penting transfer ketauladanan melalui perkataan dan tindakan yang baik.
"Makanya, jangan main-main dalam urusan pendidikan, biar outputnya tidak menjadi generasi main-main. Kalau generasinya main-main, bisa jadi akhlaknya tidak ada, berpikir cepatnya tidak ada, mencintai Indonesia tidak ada, kalau generasinya begitu, maka Indonesia bisa saja tidak sehebat, senyaman, dan setenang hari ini," pesan Bupati Baddrut Tamam, Selasa (4/10/2022).
Penuturan dia, guru yang berpikir profesinya sebagai ladang pekerjaan akan menjadi bibit gagalnya proses pendidikan di Indonesia.
Sebab, guru yang orientasinya sebatas salary memungkinkan ketauladanan dan sambungan hatinya kepada peserta didiknya terputus.
Padahal, guru harus bisa menganggap siswa sebagai anak sendiri dengan memberikan perlakuan baik, doa terbaik, dan ketauladanan baik lainnya.