Berita Madura
Keakraban Pertemuan Gus Miftah dengan Lora Se-Madura, Ungkap Alasan Kocak Kenapa Jarang ke Madura
Gus Miftah bersama para lora (kyai muda) se Madura Raya tersaji di tengah Selat Madura, Sabtu (5/11/2022). Gus Miftah berdakwah sambil berlayar
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Aqwamit Torik
“Gus Miftah memberikan motivasi dan inspirasi. Sekaligus memberikan kiat-kiat seperti apa kira-kira yang harus kami lakukan di Madura,” singkat Ra Nasih .
Baca juga: Pengancam Mahfud MD Divonis 16 Bulan Penjara, Lebih Ringan karena Lora Mastur Telah Dimaafkan
Disambut di Tengah Laut
Gelaran silaturahmi, pengajian, maupun dakwah di tempat mewah ataupun di atas pegunungan menjadi hal wajar. Namun ketika semua itu digelar di tengah laut, dari atas kapal di Selat Madura tentu menjadi hal menarik.
Seperti yang dilakukan Miftah Maulana Habiburrahman atau yang dikenal dengan Gus Miftah bersama sejumlah kiai dan lora (kiai muda), Sabtu (5/11/2022).
Bertemakan ‘Menjaga dan Merawat Kebhinekaan’, kehadiran Gus Miftah tidak lain untuk mengakomodir aspirasi Para Lora dan Gus Madura Raya serta Forum Bindereh (Ustad) Nusantara (Forbiru).
Pasalnya, belakangan ini muncul framing atau manipulasi informasi bahwa warga Madura tidak nasionalis dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Gus Miftah mengungkapkan, kesempatan silaturahmi bersama para lora yang ada di Madura sebagai bentuk jawaban framing yang kurang menarik di luar sana.
Menurutnya, bahwa ternyata Madura juga merupakan suatu daerah yang sangat dinamis, terbuka tanpa harus melupakan warisan para leluhur.
“Sangat-sangat dinamis, tentunya ini akan membawa berita baik untuk Bangsa Indonesia. Bahwa kalau ada orang kemudian bilang, ah orang Madura itu diragukan NKRI nya. Itu salah, (warga) Madura sangat Merah Putih,” tegas Gus Miftah.
Ia menjelaskan, kehadirannya juga memberikan motivasi, kiat-kiat, dan informasi kepada para lora atau kiai muda agar mampu tetap eksis di era media sosial tanpa harus menghilangkan kultur pesantren.
“Ini menarik. Pertemuan di tengah laut di atas kapal, ya saya baru ini,” pungkas pimpinan Pondok Pesantren (ponpes) Ora Aji di Sleman, Jawa Tengah itu.
Pengasuh Ponpes Syaikhona Kholil, RKH Nasih Aschal (Ra Nasih) mengungkapkan, tujuan kegiatan bersama Gus Miftah untuk merespon keresahan bersama atas persoalan terorisme dan radikalisme yang terjadi di Madura akhir-akhir ini.
“Madura dianggap sudah mulai muncul (radikalisme dan terorisme). Kami semua prihatin dengan adanya kasus-kasus yang membuat Madura tercitrakan kurang bagus. Hasil dari diskusi, kami menyimpulkan bahwa sebenarnya Madura masih kondusif, Madura ini masih aman, Madura masih memegang prinsip leluhurnya,” ungkap Ra Nasih.
Ia menegaskan, hingga saat ini warga Madura masih memegang teguh dan mentaati filosofi ‘Buppak (orang tua), Guruh (guru), dan Ratoh (ratu).
Namun persoalan framing-framing yang membuat seolah-olah Madura ada masalah besar.