Berita Madura
Berawal Dari Iseng Bikin Sepatu Batik, Pengusaha Muda di Pamekasan Ini Raup Puluhan Juta Rupiah
Meski pandemi Covid-19 belum mereda, penjualan sepatu batik miliknya tetap moncer, raup hasil jutaan rupiah
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Samsul Arifin
Dalam sehari, ia bersama rekan kerjanya bisa produksi sebanyak 40 pasang sepatu batik dengan motif tanpa kombinasi.
Sedangkan khusus sepatu batik yang memakai kombinasi, dalam seharinya hanya bisa produksi 20 pasang sepatu batik saja.
"Kalau yang ada kombinasinya itu agak susah karena masih ada proses penjahitan," jelasnya.
Untuk saat ini dalam pemenuhan bahan sol sepatu, Rofiki masih mendatangkan dari Surabaya.
Meski demikian, ia dan rekan kerjanya tak putus asa untuk terus memproduksi sepatu batik meski kekurangan alat produksi.
"Kalau sol sepatu kami masih beli di Surabaya, karena di sini masih belum ada cetakan sol sepatunya. Kalau kap sepatunya buat sendiri," ungkapnya.
Sementara ini, Rofiki membeli kain batik dari Desa Toket dan Desa Larangan untuk dijadikan motif pembuatan sepatu batik tersebut.
Terhitung per hari ini sekitar ribuan lebih pasang sepatu batik buatannya yang laku ke berbagai daerah.
Rerata harga sepatu batik ini dijual mulai Rp 100 ribu - Rp 130 ribu.
"Dulu ada yang harganya Rp 80 ribu, tapi solnya pendek. Cuma gak terlalu laku akhirnya kami ganti dengan sol yang agak bagus," urainya.
Rofiki mengaku bersyukur lantaran banyak pembeli dari luar Madura yang mengajak kerjasama dalam bisnis penjualan sepatu batik tersebut.
Terdata peminat sepatu batik ini banyak berasal dari Pamekasan, Bangkalan, Surabaya dan Banyuwangi.
"Warga Surabaya dan Banyuwangi sering pesan ke kami melalui online," paparnya.
Bahkan banyak dropshiper yang menjual sepatu batik buatan Rofiki tersebut di sejumlah toko online shop.
Sehingga dalam setiap harinya tak henti melakukan pengiriman barang ke luar daerah.