Imlek 2023

Inilah Makna dan Sejarah Lampion dalam Perayaan Imlek, Bentuk Syukur atas Kehidupan yang Damai

Adanya lampion menjadi seperti suatu atribut budaya yang menandakan peralihan tahun dalam penanggalan Tionghoa.

Editor: Ficca Ayu
freepik.com
Ilustrasi makna dan sejarah lampion Imlek. Bagi masyarakat Tiongkok, lampion memiliki cerita dan makna tersendiri. Lampion sudah ada sejak Dinasti Han (25-220 M). 

TRIBUNMADURA.COM - Tribunners pada perayaan Imlek 2023 dan tahun-tahun sebelumnya biasa dijumpai lampion Imlek.

Ya, Tahun Baru Imlek memang identik dengan adanya lampion.

Adanya lampion menjadi seperti suatu atribut budaya yang menandakan peralihan tahun dalam penanggalan Tionghoa.

Mengutip Britannica, Festival Lentera juga disebut Festival Yuan Xiao.

Festival Lentera dirayakan di Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya untuk menghormati leluhur yang telah meninggal.

Apa makna lampion Imlek?

Baca juga: Ramalan Shio Minggu, 22 Januari 2023 Pas Tahun Baru Imlek, Shio Ular Kecewa karena Terlalu Berharap

Mengutip laman binus.ac.id, legenda menceritakan lampion merah dipercaya dapat mengusir kekuatan jahat yang disimbolkan dengan binatang buas bernama Nian.

Nian berwujud seperti seekor banteng jantan berkepala singa.

Konon katanya, Nian meneror penduduk dengan memakan hewan ternak, tanaman, hingga anak-anak,

Nian takut akan tiga hal, yaitu api, suara bising, dan warna merah.

Karena itulah, untuk menangkal keberadaan makhluk tersebut, masyarakat menggunakan berbagai hal yang berwarna merah, termasuk lampion.

Memasang lampion dipercaya dapat menghindarkan penghuni rumah dari ancaman kejahatan.

Dalam budaya Tiongkok, lampion menggunakan warna merah karena memiliki makna pengharapan di tahun yang baru akan diwarnai rezeki, keberuntungan, serta kebahagiaan.

Warna merah juga menyimbolkan kemakmuran.

Baca juga: Ternyata Ini Arti Cap Go Meh, Perayaan Setelah Imlek, Diyakini Dapat Mendatangkan Keberuntungan

Sejarah dan Makna Lampion Imlek

Bagi masyarakat Tiongkok, lampion memiliki cerita dan makna tersendiri. Lampion sudah ada sejak Dinasti Han (25-220 M).

Orang-orang dari Dinasti Han Timur membuat rangka lampion dari kayu, bambu, atau jerami gandum.

Kemudian mereka meletakkan lilin di tengahnya dan merentangkan sutra atau kertas di atasnya agar nyala api tidak tertiup angin.

Lampion digunakan untuk melapisi lampu atau untuk penerangan.

Baca juga: Ternyata Ini Arti Liong, Barongsai dan Ornamen Lampion saat Perayaan Imlek, Punya Makna Berbeda-beda

Selain itu, lampion juga digunakan untuk sembahyang ke tempat peribadatan setiap tanggal 15 di bulan pertama kalender lunar.

Inilah yang menjadi asal mula Festival Lampion yang diselenggarakan hingga sekarang.

Pada saat Dinasti Tang (618-907 M), lampion digunakan untuk keperluan yang lebih modern.

Lampion kertas mulai digunakan orang-orang untuk perayaan-perayaan yang sifatnya lebih luas.

Contohnya, sebagai bentuk syukur atas kehidupan yang damai.

Seiring berjalannya waktu, lampion diadopsi oleh para biksu Buddha sebagai bagian dari ritual ibadah mereka saat hari ke-15 bulan pertama kalender lunar.

Hingga pada akhirnya, lampion mulai identik dengan perayaan tahun baru dalam penanggalan Tionghoa.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Baca artikel terkait Imlek 2023 lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved