Hikmah Ramadan

Hikmah Ramadan: Muhasabah di Senja Ramadhan

Ada juga sebagian masyarakat yang memilih untuk tetap berusaha meramaikan masjid dengan ber I’tikaf, Tadarus, berdzikir dan melakukan shalat sunnah

Editor: Aqwamit Torik
MUI Jatim
Sekretaris MUI Jatim, Kiai M Hasan Ubaidillah 

Kemudian Rasulullah SAW bersabda, Engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Lantas salah seorang sahabat bertanya, Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan berenar-benar ada pada diri saudaraku ? Rasulullah menjawab, jika yang engkau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka sungguh engkau telah menghibahnya.

Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya (HR. Muslim).

Dalam hadits Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW menceritakan Ketika beliau melewati sekelompok orang yang berkuku tembaga sedang mencakar-cakar muka dan dadanya sendiri, lalu aku bertanya kepada Jibril siapakah mereka, Jibril menjawab, mereka adalah orang-orang yang menggunjing keburukan dan menista kehormatan orang lain (HR. Abu Daud).

Dengan demiakian jauhilah Ghibah karena perbuatan ini tergolong dalam dosa besar, sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam al-Qurtuby bahwasanya Ghibah itu sebanding dengan dosa zina, pembunuhan dan dosa besar lainnya. Sedangkan menurut Imam Hasan al-Bashri Ghibah itu lebih cepat merusak agama dibandingkan dengan penyakit yang menggerogoti tubuh.

Begitu juga dengan Perbutan mengadu domba (an Namimah), perbuatan ini merupakan kombinasi dari dua hal yang tercela yaitu mengatakan hal yang buruk tentang orang lain serta memiliki niat untuk menghasud dan merugikan orang lain. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW menegaskan Tidak akan masuk surga orang yang melakukan namimah (HR. Muslim).

Sama halnya dengan perbuatan Ghibah, Namimah juga termasuk dosa besar sebagaimana yang ditegaskan Abdurrahman al-Jaza’iri yang mengatakan perbuatan namimah termasuk dosa besar yang mengandung dosa-dosa yang sangat banyak.

Prilaku tercela ini akan menyeret pelakunya kedalam neraka dan mengharamkanya dari kenikmatan surga. Rasulullah juga menegaskan sesunguhnya manusia yang  paling buruk adalah orang yang bermuka dua, yang mendatangi kaum dengan muka tertentu dan mendatangi lainnya dengan muka berbeda ( HR. Buchori).

Hal lain yang juga dapat menghapus pahala puasa yang kita lakukan adalah melihat dengan syahwat. Ibn al-Qoyyim al-Jauziyah mengatakan Mata adalah pintu dari segala perbuatan maksiat. Pandangan mata memiliki daya untuk mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Dari pandangan mata muncul perasaan yang akan mempengaruhi pikiran seseorang yang selanjutnya berujung kepada keinginan  yang diwujudkan dalam perbuatan.

Dalam sebuah Riwayat Rasulullah SAW menegaskan Pandangan mata barat panah beracun yang keluar dari busur panah Iblis. Dalam Riwayat lain juga dijelaskan tidak ada fitnah yang lebih besar bagi ummatku setelah kematianku selain Wanita.

Saat ini fenomena mempertontonkan kemolekan tubuh dengan mengumbar aurat adalah hal yang jamak terjadi ditempat-tempat umum termasuk pusat perbelanjaan.

Maka lebih bijak bagi kita yang berpuasa untuk menahan diri tidak berada pada tempat yang berpotensi menjadi ladang Maksiat bagi pandangan kita.

Termasuk yang membatalkan pahala puasa kita adalah sumpah palsu. Seringkali untuk meyakinkan orang lain sumpah palsu kita lakukan. Padahal jika kita tahu bahwa Ketika bersumpah dengan nama Allah SWT tapi berdusta, maka dia terjerumus dalam dosa. Oleh karena itu Rasulullah SAW mengingatkan barang siapa bersumpah dengan nama Allah hendaknya dia jujur.

Ada kafarat (denda/tebusan) yang harus dilakukan bagi mereka yang bersumpah palsu ini, yaitu dengan memberikan makan sepuluh fakir miskin dengan makanan yang biasa kamu makan, atau dengan memerdekakan budak dan apabila tidak mampu maka dapat menebusnya dengan berpuasa selama tiga hari berturut-turut (QS. Al Maidah :89).

 

Sekarang kita semua dapat menilai, apakah dipenghujung bulan Ramadhan ini, lima hal diatas yang dapat menghapus pahala ibadah puasa yang kita lakukan telah sirna dalam diri kita, sehingga kita dapat optimis dan yakin bahwa Ibadah Puasa yang kita lakukan akan diterima Allah SWT dan menjadikan diri kita sebagai orang-orang yang Muttaqien. amin

 

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved