Perempuan Madura

Imamatul Khair 'Wanita Terkas' Madura, Kuliah S2 di Amerika dengan Fulbright: Balibis Mole Ka Rabana

Imamatul Khair, perempuan Madura yang berhasil melanjutkan studi di Amerika Serikat. Iim menceritakan awal perjalanannya mengikuti seleksi Fulbright.

Penulis: Ficca Ayu | Editor: Ficca Ayu
Dok Pribadi Imamatul Khair
Imamatul Khair, perempuan Madura yang melanjutkan studi Pendidikan Pasca Sarjana di University of Massachusetts Amherst, Amerika Serikat. 

Iim pun sempat belum mendapat kepastian dari Fulbright. Namun, tak sampai satu minggu kemudian, notifikasi email berhasil meluruhkan semua benteng ketakutannya.

"Alhamdulillah, saya diterima sebagai alternate candidate," tulisnya di website dikutip TribunMadura.com, Rabu (21/6/2023).

Hampir satu tahun menunggu kepastian, akhirnya, AMINEF kembali mengirimkan notifikasi bahwa statusnya sudah berubah menjadi principal candidate.

Itu artinya ia memang benar terpilih menjadi penerima beasiswa Fulbright.

Pilihan pertamanya sebetulnya adalah University of Georgia, namun karena pertimbangan tertentu, ia memantapkan pilihan untuk berkuliah di UMass Amherst untuk dua tahun program Master di Amerika.

Ia melanjutkan studi di University of Massachusetts Amherst, Massachusetts United States dengan memilih fokus kajian dan jurusan pada bidang bilingualism, English as second language, dan multicultural education.

Imamatul Khair, lahir dan dibesarkan di sebuah desa di Kabupaten Sumenep, Madura. Ia berkuliah di Amerika Serikat dengan beasiswa Fulbright.
Imamatul Khair, lahir dan dibesarkan di sebuah desa di Kabupaten Sumenep, Madura. Ia berkuliah di Amerika Serikat dengan beasiswa Fulbright. (Dok Pribadi Imamatul Khair)

Baca juga: Perempuan Madura, Dwi Ratih Ramadhany Kegemaran Menulis Bermula dari Cerita Nenek Sewaktu akan Tidur

Bangga Jadi Orang Madura dan Indonesia

Iim lahir dan dibesarkan di sebuah desa di Kabupaten Sumenep, Madura. Semua orang menjulukinya wanita terkas. Ia mungkin berbeda dari wanita Madura kebanyakan.

Kata dari Bahasa Madura ini mencirikan semua yang ada dalam dirinya seperti mandiri, bebas berekspresi, berani, nyeni, dan suka mengembara.

Selama berkuliah di Amerika, lulusan S1 Sastra Inggris Universitas Airlangga itu bangga membawa identitasnya sebagai orang Madura dan Indonesia.

"Pada saat di Amerika, yang paling ditunjukkan ke orang-orang bahwa aku adalah orang Indonesia adalah lewat hijab. Indonesia adalah negara dengan mayoritas Muslim. Identitas multilingualisme yang tidak dimiliki orang Amerika inilah yang aku tunjukkan, lalu juga lewat berbicara beberapa bahasa," jelasnya.

Identitas Indonesia menurutnya juga berkaitan dengan budaya. Iim pun mengenalkan batik ketika berkuliah di sana.

"Aku ada projek Batik Arts di sana, melakukan workshop tentang batik yang sudah dimodifikasi dengan pendekatan bilingual. Aku bangga menjadi orang Indonesia dengan segala macam budaya yang ada, termasuk nilai-nilai ketimuran yang dimiliki," imbuhnya.

Kebanggaannya sebagai orang Madura juga ia tunjukkan selama berkuliah di Amerika Serikat.

"Identitas sebagai Madura wajib ditunjukkan. Orang Madura itu gigih dan participating, aspirative menyumbangkan ide-ide untuk pengembangan. Mereka bisa melihat orang Madura dan Indonesia bukan hanya identitas religius, tapi juga memiliki etos kerja yang baik.

Baca juga: Keramatnya Bujuk Ponjuk di Sumenep, Dua Makam Bersejarah Wisata Religi Jujugan Masyarakat Madura

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved