Kisah Nenek Pantang Meminta kepada Anak, Biayai Cucu hingga Sekolah, Tak Malu Pungut Sampah

Perjuangan seorang nenek di Bogor jadi pemulung bertahun-tahun demi biayai cucu sekolah malu minta anak

|
Editor: Samsul Arifin
Tribunnews
Emak Kartini (74) Pemungut Sampah di Tumpukan Sampah Jalan Veteran III Desa Banjarsari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Senin (26/6/2023). (TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami) 

TRIBUNMADURA.COM - Nenek di Bogor anti meminta pada anak untuk membiayai cucu yang sekolah/

Nenek tersebut bernama Kartini yang bekerja sebagai pemulung sampah daur ulang.

Nenek berusia 74 tahun ini pantang meminta anak untuk membiayai cucu sekolah

Perjuangan seorang nenek di Bogor jadi pemulung bertahun-tahun demi biayai cucu sekolah: malu minta anak.

Seorang nenek bernama Kartini (74) bekerja sebagai pemungut sampah daur ulang di tempat sampah yang hampir tercecer ke Jalan Veteran III, Desa Banjarsari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

Baca juga: Nenek Berkelahi dengan Dua Maling, Sempat Dilempari Linggis hingga Terluka, Berakhir Heroik

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rupanya wanita paruh baya tersebut sudah menjadi pemulung di wilayah itu selama tiga tahun.

Ia rela menjadi pemulung demi biayai cucunya sekolah.

"Pokoknya dari mulai Corona aja gak ada yang nyuruh jadi udah ada mungut," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Senin (26/6/2023).

Sebelum menjadi pemungut sampah, Kartini biasanya mengerjakan apapun yang bisa dikerjakan seperti pesuruh, mencuci dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

"Sebelum Corona iya masih banyak yang nyuruh sekarang-sekarang mah sudah gak ada," imbuhnya.

Setiap harinya, Kartini memungut sampah di Jalan Veteran III pada Pagi dan sore hari.

"Kalau dirasa sampahnya banyak pasti kesini, pagi sama sore," katanya.

Penghasilannya sebagai pemulung, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan perutnya saja, meskipun kadang kurang ia mengaku tetap bersyukur dengan keadaannya yang saat ini masih diberi kesehatan.

"Yah sekarunga aja, sekarang sekilonya cuman Rp 1500, ya Alhamdulillah dicukup-cukupi aja. Kadang juga kalau saya lagi mungut gini suka ada yang ngasih orang lewat Rp 10.000, Rp 20.000 Alhamdulillah aja," ungkapnya.

Dalam satu rumah, Kartini tinggal bersama 3 anaknya yang sudah menikah beserta 1 cucunya yang dirinya asuh sejak usia 3 tahun

"Anak mah 3, cuman udah pada nikah. Tapi di rumah ada cucu ikut emak sejak umur 3 tahun karena ibunya sudah meninggal dunia," tandasnya.

Tidak jarang hasil mungut sampah yang Kartini dapat dibagikan untuk cucu yang sudah dirawatnya sejak usia 3 tahun.

"Buat makan, kalau ada sisanya buat cucu sekolah, soalnya ada bantuan dari pemerintah untuk sekolah," terangnya.

Selain memungut, sampah yang kerap kali tercecer di jalan pun kerap kali Kartini bersihkan, agar terlihat rapih.

Tidak jarang dirinya juga menegur para pengendara yang membuang sampah ke tumpukan sampah tersebut, karena menurutnya sampah di Jalan Veteran III itu hanya untuk warga Desa Banjarsari saja.

"Kalau banyak sampah yang sampai ke jalan saya bersihin biar rapih ga ganggu pengendara juga, kalau ada saya pengendara juga ga berani buang sampah di sini soalnya kalau ada saya suka bilangin jangan buang di sini," katanya.

Meskipun turut membersihkan sampah-sampah yang tercecer sepanjang kurang lebih 10 meter itu, Kartini mengaku tidak mendapatkan penghasilan lebih, kesehariannya hanya ditopang dari hasil memungut sampah daur ulang saja.

"Nggak di kasih, tapi saya mah Alhamdulillah dibolehkan mengambil sampah di sini aja juga. Kan yang lain mah banyak yang lebih susah dari saya, makanya saya mah Alhamdulillah saja," ujarnya.

Di sisi lain, walaupun usianya semakin senja Kartini menganggap selagi masih mampu untuk bekerja dirinya akan tetap bekerja, ia juga mengaku malu apabila harus meminta kepada anaknya.

"Meskipun bekerja begini, Alhamdulillah yang penting sehat, selagi masih bisa kerja saya mah kerja. Malu kalau harus minta ke anak," pungkasnya.

Baca juga: Perempuan Madura, Dwi Ratih Ramadhany Kegemaran Menulis Bermula dari Cerita Nenek Sewaktu akan Tidur

Baca juga: Nahas Nenek di Madiun Tertabrak Kereta Api, Polsek Saradan Sebut Jasad Korban Terpental 50 Meter

Nenek Berkelahi dengan Maling

nilah keberanian seorang nenek Sumarmi berusia 74 tahun saat menghadapi dua maling.

Maling tersebut mencoba melukai nenek di Banyuwangi ini dengan melempari linggis.

Namun sang nenek berhasil mengelak hingga dibantu warga.

Atas aksi nenek tersebut sosok maling Dua pemuda berinisial BDA (28) dan RDW (23), warga Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, ditangkap polisi setelah sempat duel dengan Sumarmi (74), warga Desa Kedunggebang, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi.

"Pemilik rumah ini baru saja pulang dari sawah."

"Begitu masuk, dia mendapati kondisi rumahnya dalam kondisi acak-acakan," kata AKP Ali seperti dilansir dari Kompas.com, Selasa (20/6/2023).

Tak hanya itu, perabot di dalam rumah juga berantakan.

Sejumlah pintu kamar yang sebelumnya tertutup juga mendadak terbuka.

Setelah memberanikan diri untuk mengecek, korban terkejut karena melihat ada 2 orang asing yang berada di dalam kamar.

"Melihat itu, korban kemudian keluar rumah lewat pintu samping sambil menelepon anaknya dan berteriak maling," ungkap AKP Ali.

Mendengar teriakan dari sang pemilik rumah, 2 orang pencuri itu langsung mencoba melarikan diri.

"Sambil lari membawa linggis, pelaku memukulkan ke arah kepala korban."

"Namun korban mengelak hingga linggis itu mengenai bahunya," ujar AKP Ali.

Tak berhenti sampai di situ, pelaku juga terus mengejar pemilik rumah dan kembali melempar linggis kepada korban.

"Namun tidak sampai mengenainya," terang AKP Ali.

Baca juga: Adik Ipar Dihamili Orang, Pria Pamekasan Ini Tebas Selingkuhan Pakai Celurit Depan Ayahnya

Baca juga: Kisah Perjuangan Ibu Bekerja Sebagai PMI, Sukses Sekolahkan Anak, Ada yang Jadi Jaksa

Pelaku pun akhirnya keluar rumah.

Tapi belum sempat lari jauh, tetangga korban mulai berdatangan.

Setelah dikepung warga, kedua pelaku akhirnya tertangkap.

Mereka lalu dibawa ke Polsek Tegaldlimo untuk diamankan.

Setelah diinterogasi petugas, pelaku ternyata sempat mengambil mesin jahit milik korban.

Barang itu dibungkus karung dan disembunyikan di pintu pagar belakang rumah korban.

"Dugaannya, mereka masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang."

"Karena pintu rumah kondisinya rusak saat dicek oleh pemilik," terang AKP Ali.

Atas perbuatannya tersebut, para pelaku disangkakan Pasal 363 ayat (1) dan ayat (2) ke-2e dan 3e subsider Pasal 363 ayat (1) ke-4e dan 5e KUHP.

"Sejumlah barang bukti juga kami sita."

"Yaitu mesin jahit yang hendak dicuri, linggis, dan sepeda motor," tandas AKP Ali.

 

Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com

Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved