Breaking News

Kisah WNI Tergiur Kerja di Dubai, Malah Disuruh Jadi Penipu Link Palsu, Diancam Ginjal Diambil

Modus penipu adalah saat Mawar dan temannya tertarik dengan lowongan kerja menjadi telemarketing di Dubai. Ternyata malah disuruh jadi scammer

Editor: Aqwamit Torik
Kolase Twitter @alvinlie21 dan Freepik
Ilustrasi penipuan - Seorang WNI yang dijebak, berakhir jadi scammer via WhatsApp 

TRIBUNMADURA.COM - Kisah korban perdagangan orang membeberkan modus yang dilakukan oleh penipu hingga dirinya menjadi korban.

Kisah ini diungkap oleh Mawar (nama samaran) yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan modus penipuan daring (online scam) yang belakangan marak di wilayah Asia Tenggara.

Pada mulanya janji manis diberikan untuk korban.

Bahkan, teman korban juga menjadi pancingan pelaku untuk merekrut Mawar.

Hingga akhirnya ada kontrak yang membuat korban tak berkutik.

Baca juga: Penipuan Undangan Lewat WhatsApp Tak Lagi Install APK, Makin Ngeri: Jangan Klik, Segera Block

eka

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com

Modus penipu adalah saat Mawar dan temannya tertarik dengan lowongan kerja menjadi telemarketing di Dubai.

Gajinya senilai 800 dollar AS ekuivalen Rp 11,9 juta (Rp 14.900/dollar AS).

Ia sebelumnya sudah menjadi pekerja di Jakarta.

Untuk memastikan pekerjaan tersebut sesuai dengan yang diinginkan, temannya pergi lebih dulu.

Selang beberapa waktu kemudian, Mawar dihubungi temannya.

"Setelah pergi duluan, dia (bilang) benar. Bilangnya enak, jadi telemarketing di bidang kecantikan di Dubai. Gaji sekian, kontraknya enam bulan," kata Mawar memulai cerita dalam diskusi tentang TPPO secara daring, Jumat (21/7/2023). 

"Tapi masih ada kebimbangan, (setelah kerja nanti) bisa pulang apa enggak. (Dia bilang) Bisa dua bulan sekali," lanjut dia. 

Mawar lantas dibujuk rayu agar menyusul teman karibnya.

Ia pun menyanggupi setelah sebelumnya sempat menolak.

Seluruh biaya penerbangan hingga hotel, dan biaya makan, ditanggung oleh pemberi kerja.

Setelah paspor miliknya jadi, temannya mengabarkan bahwa kantor dan seluruh pekerjanya dipindah ke Thailand.

Di situ, Mawar kembali bimbang akan pergi atau tetap tinggal di Indonesia.

"Karena ada rasa enggak enak sama teman, ya sudah mengiyakan. Teman aku bilang gini, 'paspor kamu sudah ada, lagipula kalau ke Thailand tiketnya lebih murah (untuk pulang) ke Indonesia, tiketnya juga enggak mahal. Terus didorong, akhirnya ya sudah terbang," kata Mawar.

Ditemani orang tidak dikenal

Selama perjalanan dari Jakarta ke Bangkok, Mawar mengaku kerap ditempel atau ditemani oleh orang tidak dikenal.

Orang itu memakai pakaian serba hitam, mulai dari jaket, celana, hingga topi.

Mawar tidak melihat secara jelas bentuk wajahnya karena orang itu memakai masker.

Namun ia sempat melihat bentuk matanya yang kecil.

Tak beberapa lama, orang tersebut menunjukkan foto Mawar di ponselnya, dan meminta Mawar untuk mengikutinya.

Saat keluar dari bandara, ia kembali ditemani oleh orang yang berbeda.

"Dia tunjukkin foto aku. Dia kasih lihat foto aku, suruh masuk ke dalam (mobil) enggak pakai bicara apapun. Diberhentiin di hotel, aku enggak boleh ke keluar selama tiga hari. Itu (selama tiga hari) makanan ada yang kirimin," beber dia.  

Diterbangkan ke Maesot

Rupanya, perjalanan Mawar masih panjang.

Usai tiga hari berada di hotel, dia kembali diterbangkan dari Bangkok ke Maesot, Thailand.

Maesot merupakan wilayah perbatasan antara Thailand dengan Myanmar.

Saat itu, temannya sempat menghubungi Mawar agar memakai baju nyaman dan celana jeans.

Sebab, perjalanan yang ditempuh akan melewati hutan dan sungai.

Mawar kembali bertanya kepada temannya dengan perasaan kesal, karena segalanya menjadi aneh.

Namun begitu, ia tetap mengikuti arahan temannya.

"(Temanku bilang), Sudah kamu jangan banyak tanya, yang penting nanti kamu ketemu aku," lanjut Mawar.

Setibanya di Maesot, Mawar kembali didekati dan ditemani oleh orang tidak dikenal.

Ia sempat ke hotel selama setengah hari, sebelum ikut menjemput tiga orang lainnya dari bandara.

Tiga orang tersebut terdiri dari satu orang perempuan dan dua laki-laki.

Menurut kesaksian Mawar, ketiganya menggunakan bahasa yang tidak ia mengerti.

Namun, perempuan tersebut bisa berbahasa Melayu karena sempat melarang Mawar mengambil foto dan video ketika melewati perbatasan Thailand dan Myanmar.

Di tengah perjalanan, ia dipisah bersama tiga orang tadi.

"Aku sendirian dibawa ke perusahaan. Perusahaan itu dalam bentuk bangunan yang baru dibangun, tapi sudah digunakan. Nah, sampai di situ, saya turun. Saya disamperin sama satu leader, diminta paspor," jelas Mawar.

Saat tiba di perusahaan di wilayah Myawaddy, ia benar-benar bertemu dengan temannya.

Mawar lalu bertanya dan meminta penjelasan kepada temannya, tapi hanya permintaan maaf yang diterima.

"(Temanku bilang), maaf gue juga kena tipu. (Aku tanya), 'bagaimana caranya mau pulang, kok paspor diambil?'," tanya Mawar ke rekannya. "Kamu enggak bisa pulang kalau sudah sampe sini," timpal temannya.

Diketahui untuk bisa kembali ke Indonesia, korban diminta menebus uang senilai Rp 110 juta.

Mawar akhirnya terpaksa menandatangani kontrak agar bisa mengumpulkan uang dan kembali ke Indonesia.

Menurut pengakuan Mawar, kontrak yang diterima berbahasa Mandarin yang ia tidak tahu artinya.

Dalam kontrak tertulis, pekerja akan membayar denda senilai Rp 4.500 dollar AS jika tidak melakukan pekerjaannya.

Namun kalau bekerja mencapai satu tahun, pelaku mengiming-imingi iPhone 14 Pro Max dan pesangon senilai 800 dollar AS.

"Tapi yang aku dengar terakhir beritanya saat ini, tanda tangan kontraknya kalau tidak mencapai target itu ginjalnya diambil satu," imbuh Mawar.

Kerja sebagai scammer Belakangan ia mengetahui, ia dipekerjakan sebagai scammer.

Mawar diminta mencari anggota (member) sebanyak-banyaknya untuk ditipu melalui aplikasi kencan, yaitu TanTan, We Chat, dan sebagainya.

Cara kerjanya, Mawar harus mengumpulkan nomor calon korban sebanyak-banyaknya.

Nomor tersebut akan dikirim sebuah tautan (link).

Jika tautan itu diklik oleh korban, maka scammer bisa mengambil data pribadi dari ponselnya.

"Cara kerjanya kita dikasih teks dari hari satu hingga tiga. Di hari ketiga ini adalah hari di mana kita masih link. Kalau link dipencet, semua dia bisa (bobol). Makanya, jangan mudah pencet link, apalagi kalau masuk lewat WA, itu bahaya banget," imbau Mawar.

Jangan mudah percaya

Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Judha Nugraha lantas meminta masyarakat jangan mudah percaya kepada lowongan pekerjaan bergaji besar, namun tidak mensyaratkan skill khusus.

Berdasarkan salah satu iklan lowongan kerja yang disampaikan Judha, ada beberapa persyaratan yang dilampirkan.

Calon korban harus menguasai sosmed, bertanggung jawab, memiliki paspor, dan menguasai bahasa Indonesia.

"Bekerja ke luar negeri namun yang ditanya bisa bahasa Indonesia dengan baik. Kalau ada yang pernah melihat dan tertarik terhadap lowongan pekerjaan seperti ini, tolong berhati-hati," kata Judha di kesempatan yang sama.

Biasanya, mereka ditawari bekerja di luar negeri dengan gaji antara 1.000 - 1.200 dollar AS atau setara dengan Rp 14,6 juta - Rp 17,5 juta (kurs Rp 14.600/dollar AS).

Setelah itu, para korban berangkat ke luar negeri tidak menggunakan visa yang semestinya.

Bukan visa bekerja, biasanya mereka menggunakan visa wisata atau visa kunjungan.

Kemenlu sudah menangani dan memfasilitasi kepulangan 2.438 korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan modus online scam sepanjang tahun 2020 hingga Mei 2023.

Korban yang ditangani itu merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tereksploitasi dan dipekerjakan di perusahaan online scam di berbagai negara, meliputi Kamboja, Myanmar, Filipina, Laos, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Uni Emirat Arab.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved