Berita Terkini Bangkalan

Pajak Restoran Kabupaten Bangkalan Bocor Rp 5,2 Miliar, Pj Bupati 'Ngomel' ke Para Pengusaha

Pj Bupati Bangkalan, Arief Moelia Edie langsung menggelar Sosialisasi tentang Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Pengusaha Rumah Makan

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Taufiq Rochman
TribunMadura.com/Ahmad Faisol
Pj Bupati Bangkalan, Arief Moelia Edie langsung menggelar Sosialisasi tentang Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Pengusaha Rumah Makan atau Restoran di Pendapa Agung, Jumat (6/10/2023). Sedikitnya 50 para pengusaha rumah makan, restoran, dan hotel dihadirkan. 

Laporan Wartawan TribunMadura.com Ahmad Faisol

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Pj Bupati Bangkalan, Arief Moelia Edie langsung menggelar Sosialisasi tentang Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Pengusaha Rumah Makan atau Restoran di Pendapa Agung, Jumat (6/10/2023).

Sedikitnya 50 para pengusaha rumah makan, restoran, dan hotel dihadirkan.

Gelaran sarasehan digelar sehari setelah Fraksi Keadilan Hati Nurani dalam kesempatan Rapat Paripurna Pemandangan Umum (PU) Fraksi-fraksi DPRD Bangkalan Kamis (5/10/2023) memaparkan, bahwa salah satu rumah makan terbesar di Bangkalan dengan menu bebek hanya menyetorkan Pajak Restoran sebesar Rp 700 juta dalam setahun.

Padahal berdasarkan penghitungan dalam rapat hearing sebelumnya, antara Badan Anggaran (Banggar) DPRD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) serta salah satu pengusaha rumah makan yang dimaksud, diketahui pajak restoran yang harus setorkan rumah makan itu dalam satu tahun harusnya sebesar Rp 5,9 miliar.

“Saat ini kami mendapatkan semacam teguran bahwa ada semacam kebocoran, namun saya nyatakan selama saya masuk belum ada kebocoran."

"Kami berusaha terbuka dengan hal itu dan DPRD sudah menghitung dan harusnya dapat sekian,” ungkap Arief.

Sebelumnya, Ketua Fraksi Keadilan Hati Nurani, H Musawwir memaparkan dalam rapat paripurna bahwa, besaran nilai Pajak Restoran sebesar Rp 5,9 miliar itu diperoleh dari 1.800 ekor bebek per hari dikalikan 4 potong atau porsi daging bebek yang diperoleh jumlah 7.200 porsi nasi bebek.

Setiap porsi menu nasi bebek plus minuman dipatok seharga Rp 23.000, sehingga Pajak Restoran sebesar 10 persen diketahui senilai Rp 2.300.

Nah, Rp 2.300 itu kemudian dikalikan 7.200 porsi, maka diketahui total Pajak Restoran dari para konsumen selaku wajib pajak terkumpul sejumlah Rp 16.560.000 atau Rp 16,5 juta per hari yang dititipkan ke pengusaha restoran.

Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).

Rp 16,5 juta itu kemudian dikalikan 30 hari sama dengan Rp 496.800.000 per bulan.

Kemudian Rp 496,8 juta per bulan itu dikalikan 12 bulan, maka muncullah Rp 5.961.600.000 atau Rp 5,9 miliar dalam setahun.

Namun titipan dari para konsumen selaku wajib pajak hanya disetorkan oleh pengusaha senilai Rp 700 juta, ada kekurangan sebesar Rp 5,2 miliar dalam setahun.

Arief menjelaskan, ketika masyarakat menikmati hasil atau menikmati refreshing dari hiburan atau makanan berkewajiban membayar 10 persen dari apa yang dibayarkan.

Di situlah para konsumen selaku wajib pajak menitipkan ke pemerintah melalui para pengusaha.

“Pemerintah menitipkan kepada bapak dan ibu sekalian untuk memungut 10 persen itu, tidak mungkin pemerintah langsung memotong penghasilan mereka (wajib pajak)."

"Inilah tugas negara yang harus ada kepercayaan antara masyarakat dan pemerintahnya. Masyarakat atau konsumen, misalnya membeli makanan, dan itu masuk pajak rumah makan,” jelas Arief.

Selaku Pj Bupati Bangkalan, tugasnya selain menjamin roda pemerintahan di Bangkalan masih berjalan melayani masyarakat menjamin ketersediaan anggaran untuk penyelenggaraan pemilu serentak 2024, juga berupaya meningkatkan PAD Kabupaten Bangkalan.

Salah satunya yang bersumber dari Pajak Restoran.

Upaya peningkatan PAD, lanjutnya, mau tidak mau memang harus dilakukan bagi kabupaten/kota karena sebagai implementasi dari kebijakan sistem otonomi daerah.

Sehingga kabupaten/kota mempunyai kewajiban untuk membiayai daerahnya sendiri, tidak bergantung kepada dana transferan dari pemerintah pusat.

“Pemerintah bukan membebani penghasilan atau mengurangi kunjungan konsumen bapak dan ibu sekalian, tetapi pemerintah minta tolong dipungutkan 10 persen dari wajib pajak yang menikmati makan atau hiburan untuk nanti disetorkan kepada negara."

"Itu akan terhimpun untuk pembangunan di sektor yang lain,” pungkasnya.

Selain puluhan pengusaha, kesempatan itu juga dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Bangkalan, Ir Taufan ZS, Asisten Pemerintahan, Ismed Efendi, dan perwakilan dan Bank Jatim Cabang Bangkalan.

Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Bangkalan, R Amina Rachmawati menyatakan, total jumlah rumah makan dan restoran di Kabupaten Bangkalan sejumlah 267 buah yang terdaftar dan sudah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

Sementara dari ratusan rumah makan dan restoran itu, lanjutnya, mempunyai potensi untuk penerapan pajak 10 persen sejumlah 50 pengusaha.

Dimana sebanyak 50 rumah makan dan restoran itu telah dipasang tapping box.

“Sementara sisanya yang belum terpasang tapping box hingga saat ini sejumlah 217 buah."

"Hasil survey kami karena mereka penghasilan per hari nya di bawah Rp 150,” singkat Amina.

Ikuti berita seputar Bangkalan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved