Perang Hamas Lawan Israel

Kisah Pilu Abu Saher Urus Ratusan Jenazah Korban di Gaza, Kondisi Jasad Tercerai, ‘Saya Kumpulkan’

Abu Saher membagikan ceritanya selama mengurus jenazah para korban di jalur Gaza. Terkadang, dia mendapati kondisi jasad tercerai-berai.

Al Jazeera
Abu Saher, pria Palestina yang bertugas mengurus jenazah di jalur Gaza. Dia telah mengkafani ratusan jasad korban serangan Israel ke Palestina. Beberapa di antaranya bahkan dalam keadaan tak baik. 

"Sebagian besar jenazah tiba di rumah sakit dalam kondisi sangat buruk," kata dia.

"Anggota tubuh robek, memar parah, dan luka dalam di sekujur tubuh."

"Saya belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya," imbuh dia.

Abu Saher al-Maghari membungkus jenazah korban serangan Israel yang tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah.
Abu Saher al-Maghari membungkus jenazah korban serangan Israel yang tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah. (Attiya Darwish/Al Jazeera)

Jenazah yang paling banyak diterima al-Maghari adalah anak-anak dan perempuan.

"Yang paling menyedihkan bagi saya adalah saat membungkus (jenazah) anak-anak," ucap al-Maghari.

"Hati saya hancur saat saya mengumpulkan anggota badan (jenazah) anak-anak yang terkoyak dan memasukkannya ke dalam satu kain kafan. Apa yang telah mereka lakukan?" imbuh dia.

Al-Maghari yang terkadang bekerja dengan asistennya, membungkus jenazah yang tiba di rumah sakit.

Ia memulai kegiatannya sekitar pukul enam pagi hingga delapan malam, tanpa henti.

"Saya memulai hari saya dengan membungkus orang mati dan terbunuh, mulai jam enam pagi sampai jam delapan malam tanpa henti," kata dia kepada Al Jazeera setelah mencuri waktu sejenak untuk salat Asar.

Beberapa jenazah yang tiba sudah dalam kondisi membusuk dengan tulang terlihat, setelah berhari-hari tergeletak di bawah reruntuhan bangunan yang dibom.

Selain itu, ada pula jenazah yang tiba dalam keadaan tercabik-cabik, beberapa terbakar, hingga tak bisa dikenali lagi, kisah al-Maghari.

Luka-luka yang ada di para jenazah sangat asing bagi al-Maghari.

Hal itu membuat dirinya bertanya-tanya apakah rudal dan bahan peledak yang digunakan Israel berbeda dari serangan sebelum-sebelumnya.

Meski menghadapi kengerian setiap harinya, al-Maghari tetap menjalankan pekerjaannya seperti biasa.

Ia merasa yakin, anggota keluarga harus memiliki hak untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved