Berita Viral

Sosok Lurah Lulus S2 di Amerika Berkat Beasiswa LPDP, Langsung Pulang buat Mengabdi: Sedang Tak Baik

Sosok lurah di Papua menjadi sorotan lantaran lulus S2 di Amerika berkat beasiswa LPDP.

Editor: Mardianita Olga
TribunStyle.com
Sosok Maria Jochu yang langsung mengabdi menjadi lurah begitu lulus S2 di Amerika Serikat. 

Walaupun keadaan ekonomi menghalangi mimpinya, Maria tetap mencari cara bagaimana untuk tetap mendapat pendidikan yang layak namun juga tidak memberatkan ekonomi orang tuanya.

Sosok wanita asal Papua
Sosok wanita asal Papua yang pilih bekerja sebagai Lurah ketimbang kerja di Amerika

Baca juga: Viral Pemuda Sok Jago Pukul ODGJ sampai Takut Keluar, tapi Malah Kabur, Sosok Terkuak: Pamer Medali

Karena itu, ia mencoba untuk daftar dulu ke IPDN yang dibiayai dari pemerintah.

"Kalau IPDN kan gratis, dibiayai negara, jadi mereka nggak pusing (biaya)," kata Maria.

Lulus dari IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri), ia mulai mengabdi menjadi pegawai pemerintah.

Belum "seumur jagung" bekerja, Maria nekat mengambil kredit pegawai untuk bisa berkuliah lagi untuk gelar master.

"Jadi, baru jadi pegawai sudah nakal (ambil) kredit pegawai untuk lanjut S2. Terus keluarga 'kan bilang, kenapa kamu mau S2? Kita aja keluarga tidak mampu, jangan gaya-gaya deh," terang Maria menirukan logat orang tuanya.

Maria mengatakan, ia memang sejak lama ingin menempuh pendidikan setinggi mungkin.

Karena itulah ia termotivasi bisa kuliah di IPDN dan mengambil beasiswa LPDP.

"Kan teman-teman di lingkungan (di IPDN) mau sekolah, saya sendiri kok tidak? Apakah saya harus tinggal di hutan? Kan di kota, jadi nekat pergi ambil kredit pegawai terus kuliah," tambahnya lagi.

Dunia beasiswa ke luar negeri, memang nampak asing baginya.

Berbekal melihat laman Facebook BPSDM (Badan Pengelola Sumber Daya Manusia) kota Papua yang membagikan tautan tentang pengumuman kursus bahasa Inggris yang bisa diikuti pegawai.

Namun, Maria sempat merasa pesimis lantaran hasil TOEFLnya dibawa rata-rata dari teman sekelasnya.

"Jadi kursusnya itu saya tidak tahu TOEFL itu apa, IELTS itu apa. Jadi pada saat 2015 di bulan Februari, pergi, sudah ikut saja. Kemudian dikasih tahu TOEFL. TOEFL itu paling bodoh sekali saya. Jadi nomor 45, murid terakhir dalam kelas itu saya (yang lulus) karena placement test itu pakai TOEFL.

Tapi Puji Tuhan saya nomor terakhir, yang paling terakhir lolos," kenangnya.

Karena hal itu pula, Maria juga mendapat kesempatan mengikuti salah satu program lainnya dari BPSDM untuk belajar bahasa Inggris di Australia.

Halaman
1234
Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved