Berita Viral

Sosok Lurah Lulus S2 di Amerika Berkat Beasiswa LPDP, Langsung Pulang buat Mengabdi: Sedang Tak Baik

Sosok lurah di Papua menjadi sorotan lantaran lulus S2 di Amerika berkat beasiswa LPDP.

Editor: Mardianita Olga
TribunStyle.com
Sosok Maria Jochu yang langsung mengabdi menjadi lurah begitu lulus S2 di Amerika Serikat. 

"Jadi pertama orangtua yang bikin pulang, kemudian ya Papua. Papua (saat ini) tidak baik-baik saja. Jadi memang harus sekolah, dan memang harus kembali mengabdi. Kalau saya tidak menyaksikan dan merasakan langsung perkembangan dan perubahan apa yang terjadi di Papua, saya tidak bisa bantu untuk merubahnya. Jadi betul-betul harus merasakan setiap hal detail yang terjadi," ungkapnya.

Setelah sebelumnya menjadi staf dan sekretaris lurah, kini Maria diberi mandat sebagai Lurah di Gurabesi, di pesisir Jayapura bagian Utara.

Meski sudah jadi lurah, Maria tidak cepat berpuas diri. Banyak hal yang masih ingin ia capai.

Salah satu keinginannya adalah mempunyai sebuah yayasan atau organisasi yang mewadahi para perempuan, terutama mama (sebutan untuk para ibu di Papua) serta anak-anak dengan tujuan agar perempuan lebih bisa mandiri dan berdaya saing.

Pada 2021 lalu Maria terpilih sebagai ketua organisasi Mata Garuda Papua, sebuah perkumpulan para alumni awardee LPDP yang berasal dari Papua.

Kisah menginspirasi lainnya berasal dari penulis muda di Jawa Barat.

Meski telah menderita cerebral palsy sejak kecil, sang penulis tetap berkarya.

Tak ayal, dia menulis pakai kaki.

Tak hanya itu, selama ini dia menuangkan pemikirannya di sebuah ponsel.

Sosok penulis ini bernama Desida Rohmatul Fadillah.

Baca juga: Nasib Tragis Siswa di Gresik, Kecelakaan saat Berangkat Sekolah, Nyawa Tak Tertolong

Gadis berusia 18 tahun ini bermimpi menjadi penulis walau kondisi fisiknya tak sama seperti remaja-remaja kebanyakan.

Cerebral palsy yang diderita Desida membuat saraf motorik pada tubuhnya terganggu.

Remaja asal Gunung Kondang, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat ini memulai pendidikan dasarnya di sekolah umum dekat rumahnya, SDN Mangkubumi.

Namun, baru mengikuti pelajaran selama sepekan, Desida sudah diarahkan masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB), akibat kondisinya.

"Dede tak kuat mental, karena Dede beda jadi minder dan tersisih sama teman-teman," kata remaja yang dipanggil Sida ini saat ditemui Kompas.com, Selasa (14/11/2023).

Di SLB Bahagia di Jalan Karoeng, Kecamatan Kota Tasikmalaya inilah, Sida bertemu Pipih Suparmi yang menjadi guru pembimbingnya.

Menurut Sida, Pipih memiliki hati yang besar yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi kepadanya tentang bagaimana cara menulis.

Meskipun harus berurusan dengan cerebral palsy, Sida menjadi semakin semangat belajar dan tak membuat kondisi fisiknya menjadi penghalang bagi kreativitasnya.

Selama ini, sang guru memberikan metode khusus dan membantunya mengatasi hambatan fisik.

Pipih pula yang memberi tahu bahwa kata-kata adalah alat yang kuat untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaannya.

"Dengan bimbingan Bu guru Pipih saya semakin semangat dan bertekad mengejar impian sebagai penulis."

Baca juga: Kisah Pilu Abu Saher Urus Ratusan Jenazah Korban di Gaza, Kondisi Jasad Tercerai, ‘Saya Kumpulkan’

Sosok Desida Rohmatul Fadillah, remaja 18 tahun yang bercinta-cita menjadi penulis.
Sosok Desida Rohmatul Fadillah, remaja 18 tahun yang bercinta-cita menjadi penulis. (Kompas.com)

"Meski saya berkarya membutuhkan waktu lama tak seperti para penulis dengan fisik normal," tambah Sida seraya menoleh ke arah sang ibu yang ada di sampingnya.  

Hingga akhirnya, Sida berhasil menulis cerita tentang kehidupan, mimpi, dan perjuangan, dalam setiap kata yang dituliskannya mendekati sebuah kenyataan.

Dengan jari jemari kakinya, Sida menulis di ponsel.

Dia mampu menyelesaikan sebuah buku dengan judul 'Si Gadis Cacat' dalam kurun sekitar sebulan.

Buku itu telah diterbitkan pada Juni 2023, oleh salah satu penerbit di Kota Bogor, Jawa Barat.

"Alhamdulilah ada yang mau menerbitkan cerpen Si gadis Cacat. Tulisan ini menceritakan Dede yang ingin menikmati dunia tanpa ada keterbatasan," sebut dia.

"Kalau Dede jalan jalan pasti dilihatin sama orang-orang, pasti dipandang sebelah mata."

Tak selesai di situ, Sida membeli buku karyanya sendiri seharga Rp 45.000 untuk dijual kembali seharga Rp 50.000-Rp 100.000.

Tentunya dengan kebanggaan dia menjual buku karyanya, demi mendapatkan keuntungan.

"Dari hasil penjualan buku itulah sedikit demi sedikit, Dede dapat membantu ekonomi orangtua," aku dia.

"Namun itu tidak berlanjut karena buku tersebut sudah tidak dicetak lagi sampai sekarang," tambah Sida.

Sida baru lulus dari SLB Bahagia beberapa bulan lalu, dan mengaku tetap bersemangat menuntaskan dua garapan cerpen lainnya.

Sida berharap kedua karyanya dapat diterbitkan kembali dalam sebuah buku, dan dapat dijual di toko buku, sehingga karya itu dapat dibaca dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.

"Dede ingin bukunya dijual di Toko Gramedia, jadi banyak orang yang beli dan Dede bisa banyak uang untuk bantu mamah lunasi utang," kata dia.

"Soalnya, tinggal Rp 2 juta lagi, asalnya Rp 5 juta tapi sudah diangsur sedikit-sedikit," kata Sida.

Motivasi untuk membantu keluarganya bebas dari utang, menjadi pendorong utama bagi Sida.

Dia berniat membantu sang ibu yang selama ini berjuang membesarkannya.

Sida hidup dan tinggal bertiga di sebuah rumah sederhana, bersama sang ayah Suryana (64) dan ibu Nia Kurnia (52).

Sayangnya, kondisi sang ayah yang berpendidikan setara sekolah dasar tidak memiliki penghasilan tetap sejak tahun 2020.

"Ya abah-nya (panggilan Sida kepada ayahnya) keluar dari kerja di Jakarta karena sakit sesak napas, sempat dirawat di Jakarta dan akhirnya pulang, karena di Jakarta tak ada yang mengurus," tutur Nia.

Baca juga: Nasib Artis Cantik Tak Sadar Uang Ditilap Aspri, Total ‘Bisa Ngasih Makan Banyak Orang di Palestina’

Hingga kini, suaminya belum memiliki penghasilan tetap.

Kadang-kadang Suryana bekerja menjadi buruh bangunan -jika ada proyek.

Sementara Nia berjualan makanan cemilan kue kering keliling di sekitar kampungnya, dengan keterbatasan waktu untuk sambil mengurus anaknya.

Kondisi kesehatan Suryana pun membuat keluarga Sida terlilit utang.

----

Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com

Berita Madura dan berita viral lainnya.

Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved