Ibadah Haji 2024

12 Tahun Menabung dari Hasil Memijat, Nenek Tuna Netra 84 Tahun di Bangkalan Akhirnya Berangkat Haji

Seorang diri tinggal di rumah beralas tanah dan berdinding seng tidak kemudian membuat hidup nenek Khatijah dijalani dengan cara berpangku tangan.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Januar
TribunMadura/ Ahmad Faisol
Nenek Khatijah (84), warga Desa Lergunong, Kecamatan Klampis, Bangkalan tergabung bersama 653 CJH yang akan berangkat melaksanakan ibadah haji pada 9 Juni 2024 mendatang. 

Laporan wartawan TribunMadura.com, Ahmad Faisol

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Bagi masyarakat muslim, melaksanakan ibadah haji sebagai perwujudan dari Rukun Islam Kelima bukan semata urusan kemapanan ekonomi maupun kekuatan fisik belaka, namun berkaitan juga dengan panggilan takdir.

Sebagaimana yang tergambar pada sosok nenek penyandang tuna netra, Khatijah (84), warga Desa Lergunong, Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan, Madura.

Seorang diri tinggal di rumah beralas tanah dan berdinding seng tidak kemudian membuat hidup nenek Khatijah dijalani dengan cara berpangku tangan.

Meski pandangannya sudah terganggu dan tubuhnya tampak mulai lemah, namun ia tetap berkeliling memenuhi panggilan sebagai tukang pijat tradisional.

“Kalau tidak ada yang menjemput, dia berjalan kaki dengan bantuan tongkat. Jalan di kampung dia sudah hafal betul dan bisa tiba di lokasi tujuan. Dalam kesehariannya, ibu memang tukang pijat dan tuna netra,” ungkap keponakan Khatijah, Subairi, Jumat (7/6/2024).

Subairi beserta nenek Khatijah tergabung bersama 653 Calon Jemaah Haji Bangkalan yang akan berangkat pada 9 Juni 2024 mendatang. Rangkaian dua kali tahapan bimbingan manasik haji pada 25 April 2024 dan 8 Mei 2024 berikut tes kesehatan telah dilalui Khatijah.

“Sejatinya bibi sudah mendapatkan panggilan berangkat haji pada tahun 2018. Namun tidak mau berangkat karena tidak ada yang mendampingi. Tahun insya Allah berangkat, semua persiapan dan perlengkapan haji sudah siap,” jelas Subairi.

Ia memaparkan, tekad Khatijah pergi melaksanakan ibadah haji mulai tampak sejak berjualan kerupuk dan permen dengan cara berkeliling. Rutinitas itu terpaksa dihentikan ketika pandangan mata Khatijah mulai terganggu.

Berulang kali, Subairi beserta keluarganya berupaya membujuk nenek Khatijah agar bersedia berkumpul di rumah Subairi yang jaraknya hanya terpisah tidak lebih dari 1 Kilometer. Dengan harapan memudahkan pemantauan kebutuhan keseharian dan kesehatan Khatijah.

“Bibi mulai menabung setelah berprofesi sebagai tukang pijat, menabungnya dimulai sekitar tahun 2012 silam. Memang murni dari tabungan hasil memijat, hasil (pendapatan) nya sendiri. Rajin beribadah dan bersemangat berangkat haji. Sudah takdir Allah,” pungkas Subairi.

Sekedar diketahui, besaran biaya haji untuk tahun ini yang disampaikan pihak Kemenag Kabupaten Bangkalan sebesar sekitar Rp 65 juta dengan pembayaran setoran awal sebesar Rp 25 juta dan pelunasan sebesar Rp 35,5 juta.

Sosok nenek Khatijah belakang menjadi perhatian masyarakat khususnya di Desa Lergunong, Kecamatan Klampis.

Bahkan beredar sebuah video yang menyajikan tayangan Khatijah sedang memijat seorang warga menjelang keberangkatan haji. Terdengar suara pria dalam video, ‘Areh orengah teppak micet, mangkatdeh hajji dumalem, gik micet stiyah reh. Areh fakta kenyatanah lakar le micet, benne king rekayasa, wak se apicetdeh antri, orengah mangkatdeh dumalem’ (Ini orangnya yang mau berangkat haji sedang pijat, ini fakta bukan rekayasa, itu yang mau pijet antri, padahal mau sebentar lagi berangkat haji).

Keberangkatan nenek Khatijah melaksanakan ibadah haji tahun ini memantik perasaan haru sekaligus bangga bagi sejumlah tetangga. Seperti yang diungkapkan H Mukhsin yang rumahnya hanya berjarak sekitar 20 meter dari kediaman Khatijah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved