Pilkada Jember 2024

Pilkada Jember 2024, Partai Non Parlemen Kompak Dukung Gus Fawait Jadi Calon Bupati

Dukungan terhadap Gus Muhammad Fawait atau Gus Fawait untuk maju di Pilkada Jember 2024 terus mengalir.

Editor: Januar
Istimewa/ TribunJatim.com
Pilkada Jember 2024, Partai Non Parlemen Kompak Dukung Gus Fawait Jadi Calon Bupati: Paham Masalah Desa 

TRIBUNMADURA.COM, JEMBER- Dukungan terhadap Gus Muhammad Fawait atau Gus Fawait untuk maju di Pilkada Jember 2024 terus mengalir.

Kali ini dukungan tersebut dating dari partai-partai non parlemen.

Sejumlah partai non parlemen seperti, Partai Garuda, Partai Gelora, Partai Hanura, Partai Buruh, PBB dan PKN, mendeklarasikan dukungan kepada Gus Fawait di Pilkada Jember 2024, di Hotel Java Lotus, Jember, Sabtu (8//6/2024).


Menurut Gus Fawait, Alasan mereka mendukung dirinya adalah karena dia merupakan satu-satunya orang yang berproses di partai politik, serta satu-satunya kader partai politik yang maju dalam Pilkada Jember adalah Gus Fawait.

Alasan lainnya adalah Gus Fawait merupakan sosok yang memenangkan pileg selama 3 kali.

Yaitu pada 2014, 2019, dan 2024. Bahkan, pada tahun 2024 suaranya tertinggi di seluruh Indonesia, dengan perolehan 239.414 suara.

Tidak hanya itu, mereka juga menganggap Gus Fawait merupakan sosok anak muda.

"Mereka melihat banyak daerah yang berhasil lompatan-lompatan atau bangkit ekonominya saat dipimpin oleh anak muda," terang Gus Fawait.

Latar belakang Gus Fawait sebagai seorang santri juga menjadi pertimbangan mereka.

"Sebab, Jember merupakan satu di antara kabupaten yang memiliki pondok pesantren terbanyak. Hal ini merupakan representasi mayoritas kalangan masyarakat Jember," ujar Gus Fawait.

Pertimbagan berikutnya adalah Gus Fawait merupakn seorang anak desa.

Sehingga dianggap bisa memahami persoallan di Jember. Alasannya, persoalan Utama di Jember adalah persoalan desa.

"Masalah kemiskinan di Jember yang pada tahun 2019 ada pada angka 226 ribu, pada tahun 2023 justru mengalami kenaikan di angka 236 ribu," terang Gus Fawait.

Menurut Gus Fawait, hal ini jadi ironi. S

"ebab, Ketika kemiskinan Indonesia menurun, Jawa Timur menurun, tapi di Jmeber justru meningkat. Kemiskinan itu kemudian mengakibatkan stunting di Jember nomor 1, angka kematian ibu nomor 1 se-Jawa Timur, angka kematian bayu juga nomor 1 se-Jawa Timur, serta lebih banyak lagi masalah," tuturnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved