Berita Bangkalan

Resmikan Gedung Teaching Industry UTM, Wamendikatisaintek RI: Bukan untuk Berteduh, Harus Bermanfaat

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Sain dan Teknologi (Wamenristekdikti), Prof Dr Fauzan, MPd berkesempatan meresmikan Gedung

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Januar
TribunMadura/ Ahmad Faisol
GEDUNG TEACHING INDUSTRY : Wamenristekdikti, Prof Dr Fauzan, MPd bersama Rektor UTM, Prof Dr Safi’, SH, MH dan unsur Forkopimda Bangkalan meresmikan Gedung Teaching Industry Universitas Trunojoyo Madura, Selasa (25/2/2025). Gedung dua lantai itu diproyeksikan sebagai laboratorium hasil riset dan inovasi mulai dari garam, bio energy, rempah, pembenihan untuk bisa dihilirisasi oleh dunia industri dan bermanfaat bagi masyarakat. 

Laporan wartawan TribunMadura.com, Ahmad Faisol

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Sain dan Teknologi (Wamenristekdikti), Prof Dr Fauzan, MPd berkesempatan meresmikan Gedung Teaching Industry Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Selasa (25/2/2025).

Gedung dua lantai itu diproyeksikan sebagai laboratorium hasil riset dan inovasi mulai dari garam, bio energy, rempah, pembenihan. Sehingga bisa dihilirisasi oleh dunia industri dan bermanfaat bagi masyarakat.   

Di hadapan para civitas akademika UTM, Wamenristekdikti, Prof Fauzan mengungkapkan, selama ini perguruan tinggi selalu hadir, perguruan tinggi itu keberadaannya hanya di menara gading. Namun sekarang, perguruan tinggi harus turun membantu masyarakat.

“Saya selalu mendorong Pak Rektor, UTM ini harus menjadi ‘matahari’ baru yang terbit dari Timur. Karena Madura memiliki nilai yang strategis, kultur yang kuat dalam etos dan semangat kerja ,” ungkap Prof Fauzan dengan materi arahannya, ‘Peran Penting Perguruan Tinggi dalam Mendukung Asta Cita Presiden RI (Ketahanan Pangan).  

Hadir pula Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Ditjen Risbang, Prof Yos Sunitiyoso, Wakil Bupati Bangkalan, Moch Fauzan Ja’far, Kapolres Bangkalan, AKBP Hendro Sukmono, Dandim 0829 Letkol Inf Fahrur Rozi, Kepala Kejaksaan Negeri Bangkalan, Suhartono hingga Rektorium-Dekanium, Kapuslit LPPM UTM, serta perwakilan mahasiswa.  

Prof Fauzan mendorong UTM harus memiliki etos dan semangat kerja seperti orang Madura. Di sekitar Indomart dan Alfamart juga ada ‘Alfaduro’, di depan SPBU ada kios bensin. Fenomena itu menurut Prof Fauzan bukan semata tentang bisnis tetapi adalah kultur masyarakat Madura yang selalu ingin berada di depan.

“Begitu yang saya inginkan dari UTM, harus memiliki etos kerja dan semangat kerja seperti itu. Makanya, saya berharap gedung inovasi Teaching Industri ini bukan gedung untuk berteduh. Tetapi ini gedung untuk selalu memberikan manfaat kepada masyarakat. Karena saat ini kita dengan berjalan saja sudah ketinggalan, berlari sejajar. Nah kita perlu melompat agar ada di depan,” pungkas Prof Fauzan. 

Sebelum memberikan arahan, Prof Fauzan terlebih dahulu mengunjungi stand pameran produk inovasi LPPM di lantai I Aula Gedung Teaching Industry yang menampilkan produk inovasi seperti garam, jagung, rempah, teknologi robotik, hingga batik.

Rektor UTM, Prof Dr Safi’ SH, MH mengungkapkan, Gedung Teaching Industry UTM telah dilengkapi sarana dan prasarana laboratorium mulai dari garam, bio energy, rempah, pembenihan, termasuk ruang digital.

Ia berharap, gedung tersebut mempunyai dampak terhadap hasil riset dan inovasi yang telah ditelurkan oleh UTM. Sehingga hasil inovasi kita tidak berhenti sebatas publikasi namun harus terus didorong sehingga manfaatnya benar-benar bisa dirasakan masyarakat luas, masyarakat Madura khususnya.

“Publikasi tetap harus kita pertahankan dan kita tingkatkan, tetapi tidak hanya semata-mata berhenti dengan publikasi, tetapi bagaimana ada terhadap masyarakat. Di antaranya hasil riset inovasi kita itu bisa dihilirisasi oleh dunia industri. Sehingga berdampak untuk kesejahteraan masyarakat,” ungkap Prof Safi’.  

Seperti diketahui, UTM melalui Fakultas Pertanian berhasil mengembangkan Jagung Hibrida Madura sebagai alternatif tanaman jagung lokal Madura. Riset jagung lokal Madura hasil kerjasama dengan Balitsereal Maros Sulawesi mulai dilakukan sejak 2007. Jagung lokal di seluruh Madura dieksplor untuk mendapatkan tetua yang akan dijadikan varietas unggul.

Hasil eksplorasi mendapatkan, sebanyak 16 kultivar (kelompok jagung lokal dengan kekhasannya) jagung Madura. Tiga kultivar ditemukan di Bangkalan, tiga kultivar di Sampang, dua kultivar di Pamekasan, dan delapan kultivar di Sumenep.

Melalui metode seleksi dan selfing, 16 kultivar jagung lokal Madura itu menghasilkan variasi biji jagung dengan karakter morfologis berbeda pada setiap galurnya. Varietas biji dengan galur unggul hasil dari metode itu kemudian disilangkan dengan beberapa genotipe jagung unggul dari Balitsereal Maros (Sulawesi), tanpa menghilangkan karakter jagung lokal Madura yang toleran terhadap kekeringan, rendemennya tinggi, dan daya simpan lama.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved