Berita Viral

Terlanjur Viral Penolakan Masuk Sekolah Jam 6 Pagi di Jabar, Gubernur Dedi Mulyadi: Kata Siapa?

Telanjur jadi polemik nasional, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi tegaskan jam masuk sekolah pukul 06.30 WIB, bukan 06.00 seperti isu yang ramai beredar.

Kompas.com
JAM MASUK SEKOLAH - Gubernur Jabar Dedi Mulyadi beri penjelasan soal jam masuk sekolah yang viral di media sosial. Para orang tua dan guru terlanjur ramai suarakan penolakan. 

"Jadi kalau bicara ke kesehatan mental, ya itu tadi kalau dia menilainya negatif maka semua bisa dibawa ke negatif karena semua itu ada di penghayatan," ujarnya saat dihubungi TribunJabar, Minggu (1/6/2025).

Ia menambahkan, jika dilihat dari studi luar negeri, jam sekolah yang dimulai terlalu pagi sering kali dipersepsikan negatif, karena menuntut siswa dan guru untuk bangun lebih awal dan mempersiapkan diri dengan tergesa-gesa.

"Karena hal-hal yang seharusnya bisa tenang dan santai di pagi hari untuk siap-siap, itu jadi harus cepat-cepat. Jadi persepsinya negatif, tapi persepsi itu sifatnya subjektif," ucapnya.

Namun, menurutnya, bangun pagi bukanlah hal yang tidak mungkin. Stephani berpendapat, kebiasaan bisa dibentuk jika individu mau beradaptasi.

"Pada prinsipnya, bangun atau tidak bangun pagi-pagi itu lebih ke kebiasaan saja, bukan berarti orang gak bisa bangun pagi, semua orang bisa. Hanya apakah dia akan membiasakan diri apa tidak," ujar Stephani.

Baca juga: Aura Cinta Kecewa Dituduh Miskin oleh Dedi Mulyadi, Luka Debat dengan Gubernur Jabar Masih Membekas

Penolakan dari Guru dan Orang Tua

Di sisi lain, kebijakan ini menuai penolakan dari berbagai pihak, termasuk orangtua siswa dan guru.

Ketua Forum Turun ke Sekolah Indonesia (Fortusis) Jawa Barat, Dwi Subianto, menyatakan bahwa aturan tersebut harus dibuat secara jelas. Ia mempertanyakan aktivitas yang akan dilakukan siswa jika sudah berada di sekolah pukul 06.00.

"Kalau itu digunakan untuk pengajian ya gak apa-apa, bagus. Tapi jam 6 pagi itu mau ngapain saja, apakah ada yang namanya pengajian atau apa, gak mungkin kalau olahraga," ujarnya saat dihubungi, Minggu (1/6/2025), melansir dari Tribun Jabar.

Dwi menekankan bahwa kebijakan pendidikan harus mengacu pada kurikulum induk dan memiliki dasar acuan yang jelas agar tidak merugikan masyarakat. Ia menyarankan agar pemerintah melibatkan para ahli sebelum mengambil keputusan.

"Jadi ada blue books, ada kisi-kisinya, nah itu jangan diubah. Maka sebelum diputusin masuk pagi itu, harus ada bedah kurikulum induk dulu, terus konten apa yang harus disisipkan, baru bicara waktu," kata Dwi.

Sementara itu, Nendah, seorang guru sekaligus orangtua, juga menyuarakan penolakannya.

Ia menilai, masuk sekolah lebih pagi menyulitkan orangtua yang harus menyiapkan sarapan dan bekal, serta berdampak pada konsentrasi belajar anak.

"Kalau saya mah nggak setuju. Baik posisi seorang ibu atau posisi guru juga," ujarnya, Senin (2/6/2025).

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved