Berita Tulungagung

Ada Keracunan Massal Karena Makanan Posyandu, Camat Sumbergempol Tulungagung Buka Suara: Evaluasi

Sebanyak 21 Balita dan 42 orang dewasa mengalami keracunan setelah makan soto Pemberian Makan Tambahan (

Penulis: David Yohanes | Editor: Januar
TribunBali/istimewa
Ilustrasi keracunan massal di Tulungagung 

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes 

TRIBUNMADURA.COM, TULUNGAGUNG-Sebanyak 21 Balita dan 42 orang dewasa mengalami keracunan setelah makan soto Pemberian Makan Tambahan (PMT) kegiatan Posyandu di Desa Wonorejo, Kecamatan Sumbergempol.

Dari para korban, 4 di antaranya masih menjalani perawatan di rumah sakit dan klinik karena kondisinya paling parah.

Camat Sumbergempol, Heru Junianto, mengaku akan menjadikan kejadian ini sebagai bahan evaluasi menyeluruh.

“Saya sudah sampaikan ke Kades (Kepala Desa Wonorejo) untuk mengevaluasi pihak penyedia PMT ini,” ujar Heru, Kamis (19/6/2025) saat ditemui di Pos 1 Posyandu Desa Wonorejo.

Menurut Heru, keracunan ini dimungkinkan karena proses penanganan makanan yang salah sehingga terjadi kontaminasi kuman.

Karena itu pihak penyedia PMT wajib memperhatikan keamanan pangan, apalagi dikhususkan para Balita.

Selain itu Heru juga mempertanyakan pilihan menu soto, padahal yang akan mengonsumsi adalah para Balita dari beberapa bulan sampai 5 tahun.

“Pilihan soto sebagai PMT saja sudah aneh. Ke depan saya minta menunya khusus untuk Balita,” tegas Heru.

Kemasan makanan PMT juga menjadi sorotan Heru.

Soto yang diberikan ke para Balita itu dikemas dalam mika, kemudian nasi, kuah soto, daging ayam dan telur masih dibungkus lagi dengan plastik terpisah-pisah.

Dengan kemasan seperti ini PMT hanya bisa dibawa pulang dan dikonsumsi di rumah.

 PMT pada akhirnya tidak hanya dimakan Balita peserta Posyandu, namun juga anggota keluarga lain.

 Terbukti selain 21 Balita, ada 42 orang dewasa yang ikut keracunan.

Padahal PMT bertujuan memberi tambahan gizi untuk para Balita, dan mencegah gizi buruk.

“PMT ini bagian dari program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Tulungagung. Jadi tidak bisa sembarangan,” katanya.

Lebih jauh Heru mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan semua Kades terkait menu PMT ini.

Semua Kades diminta untuk mengevaluasi menu PMT agar sesuai dengan kebutuhan asupan gizi Balita.

Jenis makanan juga menyesuaikan dengan Balita, agar semuanya bisa mengonsumsi.

Selebihnya pihak penyedia PMT wajib memperhatikan keamanan pangan, seperti penanganan sebelum disajikan dan kemasan sajiannya.

“Bisa saja makanan itu dimasak subuh, dibagikan dan dimakan siang hari. Apalagi dibawa pulang, bisa jadi dimakan menjelang sore,” pungkasnya.
 
 
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved