Berita Madiun

Kreativitas Dibalik Lapas Kelas I Madiun, Dari Bus Kayu Pinus Bermesin Hingga Dewa Zeus Akar Jati

Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga binaan lapas kelas I Madiun Purnawirawan (31) menunjukan hasil karyanya, selama di penjara, Sabtu (16/2/2019).

TRIBUNMADURA.COM, MADIUN - Tinggal di dalam penjara alias Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) ternyata tidak menghambat kreatifitas para warga binaan. Setidaknya bagi delapan warga binaan yang mengikuti kegiatan bimbingan kerja (bimker) kayu di Lapas Kelas I Madiun.

Satu di  antara warga binaan yang kreatif tersebut adalah Purnawirawan (31). Pria yang divonis hukuman 11 tahun penjara ini, sangat terampil membuat kerajinan dari kayu.

Ditemui, Sabtu (16/2/2019), ayah satu anak ini sedang membuat mainan berbentuk bus berbahan kayu pinus. Dia mengatakan, miniatur bus berbahan kayu itu merupakan pesanan orang dari Bandunh.

"Ini pesanan orang Bandung, baru jadi satu. Masih kurang empat lagi," katanya.

Kisah Gandhi Satria Dharma, Jadi Wisudawan Terbaik UTM Berkat Aktif di Organisasi & Rajin Ikut Lomba

Menurut Purnawirawan, untuk membuat satu miniatut bus, dibutuhkan waktu sekitar seminggu. Sebab, dibutuhkan ketelitian dalam membuat miniatur bus, agar tampak seperti aslinya.

Purnawirawan atau yang akrab disapa Wawan mengatakan, nantinya miniatiur bus tersebut juga akan dilengkapi dengan mesin remote control, sehingga bisa berjalan dan dikendalikan.

Selain itu, bagian pintu dan juga bagasi, juga dapat dibuka tutup seperti bus asli.

"Ini nanti dipasangi mesin, jadi bisa jalan sampai dua kilometer. Juga dicat agar mirip dengan bus asli," katanya.

Dia menuturkan, sebelum menjadi warga binaan di Lapas Kelas I Madiun, dirinya bekerja dibidang advertising, namun juga memiliki ketrampilan membuat kerjinan kayu.

Begini Kronologi Lengkap Suami Bunuh Istri dan Anaknya di Blitar, Tragedi Terjadi Usai Salat Isya

Sementara iru, rekannya sesama warga binaan, Iwan Prasetyo (28), tampak sedang membuat karikatur wajah dewa Zeus dari akar kayu jati yang dipahat sedemikian rupa.

Berbeda dengan Wawan, Iwan sebelumnya kurang terampil dibidang kayu, sebab dulunya ia berprofesi sebagai sopir.

Namun, karena ingin mengisi kesibukan  dengan kegiatan kreatif, warga binaan yang divonis empat tahun penjara ini bergabung dengan bimbker kayu di Lapas Kelas I Madiun.

"Awalnya saya tidak bisa, tapi di sini kami belajar bersama, dan akhirnya bisa," kata warga Sukun, Kota Malang ini.

Kepala Seksi Bimker Lapas Kelas I Madiun, Djoko Trijono, mengatakan kegiatan workshop kayu di dalam lapas sudah berlangsung sekitar delapan bulan yang lalu.

Alami Kelainan Khusus, Selama 5 Tahun Pemuda ini Pacari & Setubuhi Nenek 75 Tahun, Lalu Membunuhnya

Kegiatan itu sengaja dirintis, untuk memberikan kesempatan bagi para warga binaan yang ingin menyalurkan bakatnya di bidang perkayuan.

"Awalnya itu, mereka datang ke kami, dan ingin memiliki kegiatan. Lalu saya tanya, punya pengalaman apa. Mereka mengaku memliki ketrampilan kayu. Akhirnya kami fasilitasi, akhirnya ada beberapa yang ikut, jadi sambil bekerja sambil belajar," katanya.

Karena tidak ada dana modal khusus dari lapas, awalnya ia menggunakan dana pribadi untuk membeli kebutuhan bahan produksi, yakni kayu.

Dari bahan kayu yang masih mentah itu, oleh warga binaan, diubah menjadi berbagai furnituter dan kerajinan kayu.

Warga binaan yang bergabung dengan bimker kayu sudah dapat membuat meja, kursi, lemari, hiasan dinding, dan beragam kerajinan kayu lainnya. Untuk harganya berkisar mulai Rp 200 ribu hingga Rp 2 juta.

Susuri Sungai Brantas Hingga hilir Kali Surabaya, Gubernur Khofifah Panen Popok Bayi & Sampah Kasur

Untuk saat ini, pemasaran hasil kerajinan tangan para warga binaan ini dipasarkan melalui mulut ke mulut dan juga media sosial. Para pembelinya, lebih banyak dari pegawai lapas.

Ia mengatakan, sekitat 25 persen uang hasil penjualan diberikan kepada warga binaan.

"Kami usahakan sekitar 20 hingga 25 persen. Paling tidak bisa untuk beli lauk atau rokok. Ada juga yang sebagian dititipkan ke kantor, bisa diberikan uang kepada anaknya, mereka  senang, meski di dalam, tapi bisa memberi uang saku kepada anaknya," imbuh Djoko Trijono. (Rahadian Bagus)

Berita Terkini